Renungan Sabtu, 3 Juni 2023: Kuasa Yesus adalah Kuasa Pelayanan dan Kasih (Markus 12: 27-33)

Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua,  dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” 

Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.  Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!”  

Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?  Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.  

Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Markus 12: 27-33).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

DALAM kehidupan sehari-hari, kita menjumpai orang-orang   yang memanfaatkan “kuasa,  jabatan,  pangkat, status, pekerjaan,  dan lain-lain” yang dimilikinya untuk “mengurus” kepentingan pribadi atau kelompoknya dan cenderung bertindak memaksakan kehendaknya.

Para pemuka agama Yahudi merasa tidak senang dan tidak tenang dengan kehadiran Yesus,  yang telah melakukan banyak perbuatan baik dan benar,  bahkan banyak mukjizat dilakukanNya, sehingga mereka mempertanyakan “kuasa” yang dimiliki dan dipakaiNya.  “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal  itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”  tanya mereka kepada  Yesus (Markus 11:28).

Sesungguhnya kuasa atau otoritas yang dimiliki seseorang (kita) bukanlah untuk memaksakan kehendak orang yang “berkuasa,  berpangkat,  berjabatan tertentu”. Kuasa,  pangkat,  jabatan, pekerjaan kita bukanlah untuk “mengurus” diri sendiri, kelompok atau memaksakan kehendaknya,  melainkan untuk memberdayakan, membuat orang lain bertumbuh atau berkembang dan memajukan kepentingan orang lain (orang banyak), memberi pencerahan kepada orang banyak.

Kuasa Yesus adalah kuasa pelayanan dan kuasa kasih.  Ia mengundang orang-orang (kita dengan pangkat atau status apa saja) untuk mengikutiNya  agar bertumbuh dan berkembang dalam pelayanan dan kasih. Ia datang bukan untuk dilayani,  melainkan untuk melayani.  Dia datang bukan untuk dikasihi,  melainkan untuk mengasihi  (berbuat kasih).

Kita diajak untuk menggunakan “kuasa, jabatan,  status,  pekerjaan apa saja untuk melayani sesame dan berbuat kasih.  Semoga  Allah Tritunggal Mahakudus(+) memberkati kita sekalian yang menggunakan kuasa untuk pelayanan dan perbuatan kasih. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *