“Tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.
Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (Yohanes 16: 5-11).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM amanat perpisahanNya Yesus “menenangkan” para muridNya (kita) yang gelisah, takut, cemas, dan lain-lain perasaan semacam itu atas “kepergian” Yesus kepada Allah Bapa di surga dengan janji diutusNya “Penghibur”. Janji turun dan berdiam serta berkaryanya Allah Roh Kudus dalam hati, hidup dan karya kita.
Ini bukan hoax. “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi (pada Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga). Sebab jikalau Aku tidak pergi, penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu!” (Yohanes 16:7).
Dalam hidup ini terkadang bahkan sering kita mengalami “kesendirian, keterpisahan, kesepian, kegelapan, kesengsaraan, beban, keterpurukan hidup” dan lain-lain perasaan semacam itu. Katakan suasana “hidup” perpisahan, ada yang pergi dan ada yang ditinggalkan. Sedih, susah, cemas. Ada “ruang kosong” yang tidak terisi.
Yesus yang selalu ada bersama dengan para murid (kita) pergi kepada Bapa. Ada ruang kosongNya yang tidak terisi. Ruang kosong itu yang menggelisahkan. Tapi jangan takut. “Ruang kosong” yang ditinggalkan oleh Yesus akan diisi oleh Roh Kudus, Roh Penghibur yang “menghibur” kita yang merasa “ditinggalkan”. Tidak perlu merasa sendirian atau kesepian. Allah Roh Kudus selalu ada, hadir dan tinggal dan bekerja/berbuat sesuatu bersama kita “yang merasa diri kosong dan tinggal di ruang kosong”. Roh Kudus selalu menuntun dan menerangi perjuangan hidup kita di ruang kosong itu.
Ini bukan janji hoaks. Tapi benaran. Dibutuhkan iman yang kuat. Perlu beriman atau percaya yang kuat dan mendalam dan mengakar. Iman itu meminta kesiapan, kemandirian dan keberanian dari kita untuk menghadapi “semua peristiwa hidup, terutama peristiwa hidup yang gelap di ruang kosong yg tidk terisi” dengan keyakinan bahwa di balik bahkan di dalam semua peristiwa hidup itu, Allah, dalam diri Sang Penghibur atau Allah Roh Kudus sudah, sedang dan akan hadir dan menyertai serta “menghibur” kita. Rahmat Sang Penghibur bekerja maksimal dan total “saat ini di sini”.
Selamat mengalami dan menikmati rahmat penghiburan dari Allah Roh Kudus “saat ini dan di sini”. Semoga dengan pertolongan doa Bunda Maria dan Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian. Amin.