Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ–akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.” (Lukas 21: 5-11).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
HIDUP manusia pada satu pihak selalu berhadapan dengan 1001 macam persoalan, meski di lain pihak selalu ada keindahan yang mengiringi perjalanan hidup yang penuh dengan persoalan hidup itu. Di sini dituntut kesetiaan dan keteguhan hati untuk meneruskan perjalanan hidup itu (yang penuh persoalan) dan mengisinya dengan kebaikan-kebaikan.
Bukan tidak mungkin kesetiaan dan keteguhan hati kita diuji dengan segala persoalan dan derita hidup (ada “penyesatan dan yang menyesatkan kita”). Yesus telah mengingatkan kita untuk berani dan siap menghadapi berbagai kesulitan, tantangan, hambatan dan persoalan hidup sebagai risiko dari sikap percaya dan beriman. “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan,” –muridNya, kita (Lukas 21:8).
Berhadapan dengan gejolak dan kenyataan hidup yang penuh dengan persoalan itu, kepada kita diminta untuk mawas diri: Waspadalah dan berjaga-jagalah senantiasa dengan berdoa dan bekerja seperti biasa! Ora et labora! Tatalah dan isilah hidup dengan perbuatan-perbuatan baik!
Tetaplah setia dan beriman kepada Tuhan! Tetaplah sadar dan yakin bahwa di tengah 1001 macam persoalan hidup yang “mencekik”, tetap ada keindahan, tetap ada kebaikan yang bisa dicapai dan dirasakan. Maka janganlah merasakan hidup ini sebagai beban! Sebab ketika hidup ini dipandang dan dirasakan sebagai beban dan kenyataan yang menakutkan, maka masa depan dapat berubah menjadi kehancuran.
Waspadalah dan berjaga-jagalah senantiasa. Tetap setia dan beriman kepada Tuhan. Hasilkan sebanyak mungkin kebaikan di tengah menghadapi persoalan hidup “yang mencekik” kita. Tetaplah ora et labora sesuai dengan waktu dan tempatnya!
Semoga dengan bantuan doa Santa Sesilia yang kita peringati hari ini, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu waspada dan berjaga-jaga dalam hidup ini dengan berdoa dan bekerja. Amin.