Renungan Selasa, 30 Mei 2023: Inilah Upah Mengikuti Yesus! (Markus 10: 28-31)

Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” 

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,  orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat:  rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang   ia akan menerima hidup yang kekal.  

Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir   dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”  (Markus 10: 28-31).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

PADA jaman dulu banyak kota di Timur tengah dikelilingi tembok yang kokoh untuk  melindungi penduduk kota dari serangan musuh dari luar. Tembok kota itu memiliki satu gerbang utama.  Tapi  di samping gerbang utama itu, ada juga pintu lain yang sangat kecil dan rendah. Pada malam hari gerbang utama biasanya ditutup dan orang boleh masuk hanya melalui “pintu yg sempit” itu. Pintu kecil dan sempit itu sering disebut “lobang jarum”.

Yesus mengatakan: “Alangkah sukarnya orang yang beruang/kaya  masuk ke dalam Kerajaan Allah… Lebih mudah seekor unta melewati ‘lobang jarum’ daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah!” (Markus 10:23.25). Ketika Yesus mengatakan hal itu, Ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa tidak mungkin sama sekali  untuk masuk Kerajaan Allah.

Orang kaya tetap bisa masuk Kerajaan Allah. Ada yang tidak bisa masuk.  Tapi ada juga yang agak sulit. Mengapa sulit?

Pertama, kekayaan bisa mengecohkan manusia (kita?) untuk bergantung mutlak kepada  kekayaannya,  dan tidak lagi bergantung kepada  Allah sebagai penjamin kehidupan.

Kedua, kekayaan bisa membuat manusia (kita?) sangat melekat erat pada dunia dan tidak lagi punya kerinduan untuk  kehidupan surgawi (dekat,  bersatu dengan Tuhan).

Ketiga, kekayaan bisa membuat manusia (kita?) “ingat diri/egois” karena manusia selalu tidak pernah puas dengan  apa yang dimilikinya.

Selama seseorang (kita) tetap menggantungkan hidupnya pada Allah,  selama tidak melekatkan diri pada dunia dengan  segala tawaran menariknya,  selama tidak ingat diri, selama kita tetap fokus kepada Tuhan dan sesama di tengah kesibukan duniawi ini, selama itu juga ia (kita) sangat-sangat layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dapat masuk melalui lobang jarum yg sempit dan kecil itu;  selama itu bisa mendapat upah 100 kali lipat  Rahmat dan berkat dari Tuhan, mendapat sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan hidup.

“Aku berkata kepadamu: sesungguhnya setiap orang (kaya atau  miskin) yang karena Aku (mengikuti Aku dengan sungguh-sungguh) dan karena Injil meninggalkan rumahnya,  saudaranya laki-laki  atau saudaranya perempuan,  bapa atau ibunya,  anak-anak  atau ladangnya,  akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, aku saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan memperoleh hidup yang kekal!” (Markus 10:29-30).

Selamat menikmati upah 100 kali lipat! Selamat memperoleh hidup yang kekal, hidup dekat dan bersatu dengan Tuhan dan sesama “saat ini di sini”.

Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Santo  Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  sekalian selalu fokus kepada Tuhan dan sesama. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *