Sekali peristiwa datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” (Matius 10:1-5.10.12-14)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung,Keuskupan Ruteng.
“Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” (Mat. 18:2). Itu adalah pertanyaan para murid (kita) kepada Yesus dalam Injil hari ini. Posisi tertinggi dalam masyarakat identik dengan kekuasaan. Posisi dan “kekuasaan” itu didambakan, dirindukan, diperjuangkan untuk dicapai dengan berbagai macam cara, bahkan sampai dengan cara yang kadang menghancurkan dan merugikan kehidupan sesamanya. Inilah dunia kita.
Yesus dalam Injil hari ini memberikan pencerahan kepada kita tentang siapa yang terbesar dan bagaimana menjadi terbesar (menjadi “boss”) dalam Kerajaan Sorga. Bukan dengan kekuasaan atau status/posisi hidup yang kita miliki “saat ini-di sini”, melainkan dengan menjadi seperti anak kecil dan melayani, “membasuh kaki orang lain”.
Menjadi seperti anak kecil yang polos, jujur, setia, bergantung penuh kepada Tuhan, selalu “bersandar” kepada (orangtua) Tuhan, tidak mau jauh-jauh dari (orangtua) Tuhan. Sikap rendah hati, mau melayani secara total dan penuh, sikap selalu mau mendengarkan (orangtua) Tuhan, sikap menyadari dan mengakui diri sendiri sebagai orang berdosa. Inilah sikap dasar dari orang yang berjiwa melayani, berhati melayani, bersikap melayani, bersemangat melayani.
Seperti seorang anak kecil yang rendah hati, yang hatinya terbuka pada kasih dan kebaikan Tuhan dan sesama, demikian pulalah kita yang berjiwa, berhati dan bersemangat melayani. Orang-orang seperti inilah yg menurut Tuhan Yesus yang sudah, sedang, akan memiliki Kerajaan Allah.
Bukan orang-orang yang sombong, “bermental boss”, merasa diri hebat karena posisi, jabatan yang dimilikinya; tidak menyadari dosa dan kesalahannya, tetapi suka mengungkit-ungkit kelemahan atau kesalahan orang lain, suka mencari kambing hitam dan mencari kesalahan orang lain. Inilah tipe orang-orang (mungkin kita) yang tidak akan masuk Kerajaan Sorga yang dijanjikan Kristus.
Kita diajak untuk menjadi seperti anak kecil dan berjiwa/berhati melayani. Rendah hati dan mau terbuka untuk saling berbagi kasih kepada yang lain. Beri yang terbaik dan terindah untuk Tuhan dan orang lain, dan jangan lupa juga untuk diri sendiri.
Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang bersikap seperti anak kecil dan berjiwa melayani. Amin.