Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: “Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa.
Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh.
Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu.
Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.”
Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia. (Markus 12: 1-12).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
BACAAN suci hari ini mengajak kita untuk tetap percaya akan penyelenggaraan Allah, apapun keadaan. Tetap hidup di jalan yang baik dan benar. Karena itu pula kita tidak perlu takut untuk berbuat baik, meskipun dengan itu kita dibenci dan tidak disukai oleh orang yang tidak suka berbuat baik. Kita siap “mempertaruhkan nyawa/hidup” dengan mengambil risiko untuk tidak dipuji orang. Kita harus menjadi contoh orang yang percaya, takwa dan setia kepada Tuhan.
Yesus mengajarkan banyak orang (kita) untuk percaya, takwa dan setia kepada Allah. Ini memang tidaklah mudah. Yesus sendiri harus mati karenanya. Dalam Injil hari ini kita mendengar/membaca tentang penggarap-penggarap kebun anggur (yaitu bangsa Israel, kita) yang menangkap, memukul, menyuruh pergi dengan tangan hampa, bahkan membunuh hamba-hamba utusan Tuhan (para nabi, petugas pastoral).
Tuhan selalu setia selama berabad-abad mengutus para nabi (petugas pastoral) agar umatNya bertobat. Tetapi hasil yang diharapkan tidak kunjung tiba, sampai Allah sendiri mengutus AnakNya sendiri, Yesus Kristus. Yesus sendiri menubuatkan Ia akan mati dibunuh. Demi cintaNya kepada kita, Allah Bapa rela menyerahkan dan mengorbankan Putera TunggalNya.
Semoga kita menyadari cinta dan kebaikan Allah yang begitu besar dan berjuang untuk membalasnya dengan kasih setia, taat, takwa kepada Tuhan dan berbuat dan berbagi kasih dan kebaikan kepada orang lain.
Semoga dengan bantuan doa Santo Bonifasius, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu taat, setia, takwa dan percaya kepada Tuhan. Amin.