TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Perjumpaan dengan Yesus dengan motif luhur, seharusnya melahirkan perubahan dalam kehidupan kita. Perjumpaan dengan Yesus melahirkan komitmen perubahan, untuk meninggalkan jalan yang lama dan memulai jalan baru.
Hal tersebut disampaikan Pastor Lukas Sulaeman OSC saat memimpin Perayaan Ekaristi dalam rangka Natal Bersama Wilayah Saribumi, Paroki Curug pada Sabtu malam (6/1/2024) yang lalu. Ratusan umat menghadiri perayaan yang dilanjutkan dengan ramah tamah bersama itu.
Seperti diceritakan dalam Injil (Matius 2: 1-12), setelah bertemu dengan bayi Yesus dan mempersembahkan hadiah, para majus kembali ke tempat mereka dengan “memilih jalan lain” atas pimpinan Tuhan.
“Ini punya arti simbolis yang sangat kuat. Bahwa siapapun yang telah bertemu Tuhan Yesus, harus memiliki jalan hidup yang baru. Orang yang sudah bertemu Tuhan mestinya memiliki kebebasan sejati, melepaskan ikatan-ikatan yang bisa saja hidup kita tidak subur karena terbelenggu oleh masa lalu. Kita harus lepas dari itu semua,” tegas pastor Paroki Curug, Santa Helena ini,
Berkorban dan berjuang
Dalam kotbahnya, Pastor Lukas juga menegaskan bahwa bertemu dengan Yesus itu berisi pengorbanan, bahkan juga resiko yang berat.
“Perjalanan mereka untuk bertemu dengan bayi Yesus bukan perkara gampang. Selain perjalanan panjang dan hanya dituntun bintang, mereka juga harus berhadapan dengan Raja Herodes, pemimpin yang lalim, penuh trik, pembunuh rakyat dan kejam,” kata kelahiran 2 November 1960 ini.
Pastor Lukas mengajak umat yang berasal dari tiga lingkungan – Santo Antonius Padua, Tarsisius dan Fransiskus Xaverius – meneladani tiga orang majus yang secara tradisional diyakini bernama Melkior, Gaspar dan Baltasar ini. Terutama dalam kesungguhan dan komitmen untuk bertemu dengan Yesus.
“Tentu polanya berbeda. Bila para majus dulu mengikuti bintang, kita menghampiriNya dan bertemu dengan Yesus melalui membaca Kitab Suci, doa dan terutama mengikuti Perayaan Ekaristi,” katanya.
Sebaliknya, tidak mengikuti sikap para Imam dan ahli Taurat yang tahu di mana tempat kelahiran Yesus karena kemampuan mereka manafsirkan Kitab Suci, tapi tidak pergi ke Betlehem untuk menyambut Juru Selamat dunia.
“Mereka bicara tentang Mesias, tapi tidak mau bertemu dan berbicara dengan Yesus. Bahkan mereka menolakNya,” tegas pastor Lukas.
Menolak Yesus, lanjut Pastor Lukas, berakibat tragis. “Dengan mencari, para majus mendapatkan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi malah kehilangan. Bangsa yang jauh datang mendekat, yang terdekat menjadi tersesat dan paling jauh. Yang terakhir menjadi yang pertama, yang pertema menjadi yang terakhir.”
Tingkatkan partisipasi
Setelah Perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan pemilihan empat pemenang narasi tentang makna natal oleh pastor Lukas. Dilanjutkan makan bersama dan ramah tamah sederhana.
“Semoga kebersamaan malam ini semakin menguatkan kerjasama kita dan merangsang partisipasi kita dalam kegiatan di wilayah maupun dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan paroki, seperti Perayaan Paskah 2024 yang kepanitiaannya dipercayakan kepada kita,” kata Leonardus, Ketua Wilayah Saribumi. (Admin).