Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi. (Markus 3: 20-21).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
PERBUTAN baik, benar dan mulia tidak selamanya menuai pujian dan penerimaan. Malah adakalanya yang terjadi justru sebaliknya. Perbuatan baik menimbulkan perbantahan, kecurigaan, kecemburuan atau kebencian terhadap pelakunya. Ironisnya lagi, pelaku yang memberi respon negatip itu bukan saja datang dari orang yang tidak simpatik perilakunya, tetapi justru dari orang-orang dekatnya.
Hal yang sama terjadi pada diri Yesus. Segala pengajaran dan mukjizat Yesus, segala perbuatan/karya baik dan benarNya (mewartakan Kabar Baik/Gembira dan Kerajaan Allah, membawa keselamatan untuk manusia), segala “pencerahan” yang disampaikanNya, selain mengundang decak kagum banyak orang, juga malahirkan cibiran bibir dan kecurigaan. Ada yang tidak mau menerimaNya, mengolok-olokNya, meremehkan, tidak menghiraukanNya dan tidak mau memahaminya, bahkan ada yang menganggapNya tidak waras (Markus 3:21), bahkan ahli-ahli Taurat dari Yerusalem pun berkata: “Ia kerasukan Beelzebul, dan dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan!” (Markus 3: 22).
Yesus benar-benar pribadi yang memiliki integritas kuat. Ia berbuat baik kepada siapapun bukan didorong oleh harapan akan pujian dan sanjungan. Ia tidak haus pujian. Ia hanya melaksanakan titah BapaNya. Karena itu, Ia sungguh-sungguh iklas melakukan kebaikan-kebaikan. Bahkan ketika dianggap tidak waras, Yesus tidak lekas menyerah. Ia masih giat mewarkakan Kabar Gembira/Sukacita perihal Kerajaan Surga.
Kita juga pasti mengalami hal yang sama seperti Yesus, ketika kita melakukan kebaikan-kebaikan sekalipun. Selalu saja ada orang yang tidak simpatik dan merasa jijik. Putus asa atau menyerahkah kita? Jangan dong! Semoga kita tetap tekun dan tabah serta bersemangat melakukan berbagai kebaikan dan kebenaran serta “pencerahan” demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan orang lain, apapun keadaan yang dihadapi.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang tetap tekun dan tabah serta bersemangat melakukan berbagai kebaikan dan kebenaran serta pencerahan saat ini di sini. Amin.