Setelah 35 Tahun, MUDIKA 7 Blok Q Gelar Misa Perdana Sambil Berbagi Kasih

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Mantan muda-mudi Katolik (MUDIKA) Wilayah VII Blok Q, Gereja Santa Perawan Maria Ratu,  menggelar misa perdana sekaligus berbagi kasih dengan anak-anak panti Vincentius Putera pada Sabtu (23/4/2022). Perayaan Ekaristi  yang juga dilaksanakan dalam rangka Perayaan Paskah ini digelar di Vitra Ballroom dan dipimpin langsung oleh Pastor Dedie Kurniadi, OFM, pemimpin Panti Asuhan Vincentius Putera.

Dengan tagline “Sejuta Kasih untuk Vincentius”, temu kangen setelah 35 tahun tidak saling bertemu ini juga bertujuan membantu penyelenggaraan  pendidikan dan pembinaan anak-anak panti.

“Sebelum COVID, setiap tahun biasanya anak panti dan pastor berkunjung ke paroki-paroki di KAJ untuk mendapatkan bantuan. Tapi gara-gara COVID, sudah dua tahun ini, kesempatan itu tak ada. Makanya  promotor dan panitia memutuskan untuk turut  berpartisipasi,” kata Felix Herry Pranowo, salah seorang anggota panitia pendukung acara ini.

Selepas perayaan Ekaristi yang  diiringi koor  dari internal MUDIKA pimpinan Retno Palupi Maria Madalena dan Chandra Fetri Lukitasari, acara dilanjutkan dengan penyerahan tanda kasih sebesar Rp. 7 juta secara simbolis kepada Romo Dedie oleh Fransiscus Sutanto dan Theresia Tanti Irawati yang pada 35 tahun silam termasuk anggota paling senior.

Perubahan Diri

Dalam kotbahnya, Pastor Dedie menjelaskan tentang bukti kebangkitan Yesus yang paling tepat dan tak terbantahkan, yaitu perubahan hidup yang dimotivasi oleh perjumpaan dengan Yesus yang  bangkit.

Romo Dedie Kurniadi, OFM

Bukti-bukti lain seperti kubur kosong, penampakkan Yesus kepada orang perorang maupun beberapa murid, kata pastor Dedie, bisa saja dimanipulasi atau diragukan. Tapi perubahan hidup yang  dialami para murid dan para penyaksi kebangkitan Yesus, tak mungkin dimanipulasi.

“Bukti nyata kebangkitan adalah ketika orang-orang terkagum-kagum karena Petrus dan Yohanes yang dikenal tak terpelajar tampil berani sebagai saksi kebangkitan Yesus di hadapan Mahkamah Agama yang pintar dan berpengetahuan.  Darimana kemampuan mereka ini, kalau  bukan dari Yesus yang mengubah mereka,” kata pastor Dedie.

Yesus yang bangkit, sambungnya,  merubah mereka dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang tahu. Dari orang yang tidak percaya menjadi orang yang percaya. Dari orang yang ragu-ragu menjadi orang yang begitu yakin. Dari orang yang degil dan kepala batu menjadi orang yang tunduk dan percaya seutuhnya pada Yesus,” urai Pastor Dedie.

Seperti Petrus yang penakut hingga meyangkali Yesus hingga tiga kali tapi kemudian berubah menjadi saksi Kristus yang berani, kita pun harus berubah.

“Kalau kita percaya akan kebangkitan, maka sama seperti para rasul, kita pun punya bukti. Buktinya adalah perubahan di dalam hidup kita, di dalam iman kita kepada Kristus. Kita berubah dari ragu menjadi sangat percaya, dari tak berpengharapan jadi penuh pengharapan, dari ragu menjadi sangat yakin bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan menolong kita, terutama saat situasi tak selamanya menguntungkan seperti sekarang ini,” katanya.

Perubahan yang sama juga telah dialami oleh anak-anak panti asuhan yang mengalami banyak perubahan karena kasih Tuhan Yesus yang juga mengalir melalui banyak orang.

“Begitu banyak kebaikan yang Tuhan Yesus berikan kepada anak-anak ini, sehingga mereka mampu bertumbuh di tempat ini. Di tahun ini kami sudah merayakan syukuran atas tiga alumni panti yang lulus S1 dengan predikat cum laude,” katanya.

Setelah 35 tahun

Menerapkan protokol kesehatan yang ketat, pentas kasih dan persaudaraan ini dikemas dengan meriah dan penuh keakraban. Para mantan pembina dan seniores berbaur dengan anggota MUDIKA tahun 80-an akhir yang kini juga telah berubah status jadi para orangtua, bahkan ada yang kakek-nenek.

F. Retno I. Wartono, Promotor dan Ketua I Acara Sejuta Kasih

“35 tahun waktu yang cukup lama untuk kita sebagai sedulur MUDIKA 7 yang terpisah-pisah. Melalui acara ini, kita kembali menyatukan rasa persaudaraan dan saling memaafkan atas segala kekhilafan. Kita persembahkan acara ini untuk kemuliaan Tuhan. Biarlah hanya Nama Tuhan yang ditinggikan dan dimuliakan selamanya,” kata promotor sekaligus Ketua I acara ini, F.Retno I. Wartono, dalam sambutanya  yang disampaikan secara daring dari Vancouver, Canada.

Sementara mewakili Pembina, A.Asmoro Bangun menyampaikan apresiasi atas gelaran aksi yang dilakukan oleh mantan anak-anak binaannya itu.

“Saya berdoa semoga kalian tetap semangat serta berkreasi menggereja di tempat yang baru seperti sewaktu menjadi MUDIKA Wilayah 7,” kata mantan Wakil Dewan Paroki Blok Q, Santa Perawan Maria Ratu ini.

Tak hanya koor

Fransiskus Sutanto, mengisahkan bila cikal-bakal MUDIKA Wilayah VII adalah kelompok dan latihan koor.  Berawal dari latihan koor yang digelar di rumah Ketua Lingkungan Yohanes 21, Bapak Iswanto.

“Baru latihan tiga kali ada masalah, rumah Pak Is dilempari batu, tetangganya tidak mengijnkan adanya latihan koor di area itu. Kami tidak patah semangat, latihan dipindah ke jalan PLK  Buncit, rumah keluarga Tuti yang sangat didukung orangtua,” cerita Fransiskus.

Setelah mendapat tambahan anggota dan dipercaya menanggung koor di Paroki, aktivitas MUDIKA  makin bertambah.  Antara lain  Sekolah Minggu dan Bina Iman yang dilaksanakan di  kompleks koperasi. Anak-anak dijemput dan setelah diajarin, dikembalikan ke rumahnya masing-masing.

Bergulir waktu dan bertambah anggota, kegiatan MUDIKA kian bervariasi lagi.  Mulai dari Doa bulanan khusus MUDIKA, latihan sepak bola di Lapangan Blok S, hingga latihan menari dan kunjungan Panti Asuhan.  (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *