TANGERANG, KITAKATOLIK.COM—Tarian ja’i dan wanda pa’u mengiringi umat merayakan Paskah keluarga pada Minggu (31/3/2-24) pukul 09.00 WIB yang lalu di Paroki Curug, Santa Helena. Ja’i, tarian asal Bajawa, Ngada, Flores NTT jadi tari perarakan pembukaan dan penutup Perayaan Kebangkitan Kristus yang dipimpin oleh Pastor Freday Badianto Sihombing OSC ini. Sementara Wanda Pa’u, tarian asal Ende Lio yang mengungkapkan kekerabatan dengan saling melempar selendang ini, mengiring pengantaran persembahan.
Dalam kotbahnya, pastor Freday banyak menerangkan tentang simbol-simbol Paskah yang merupakan cara manusia memahami misteri Agung Allah tersebut. Selain lilin, simbol terang Kristus yang menghalau kegelapan, pastor Freday menjelaskan tentang telur Paskah.

“Biasanya saat menetas, telur ayam akan pecah dan dari cangkangnya akan keluar kehidupan baru yaitu anak ayam. Telur adalah simbol makam batu di mana Yesus keluar menyongsong hidup baru melalui kebangkitanNya,” kata pastor berdarah Medan kelahiran Jakarta ini. Ia juga menyebut beberapa takhyul seputar telur ini. Sebut misalnya, yang makan telur paskah kandungannya subur. Atau, telur yang disimpan sejak Jumat Agung, bisa bertahan dalam keadaan utuh hingga setahun ke depan.
Hanya semi
Paskah tahun 2024 ini memang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perayaan Ekaristi pada pukul 09.00 WIB di Paroki Curug, Santa Helena, biasanya dijadikan paskah anak-anak. Semua petugas liturgi diperankan oleh anak-anak. Tapi tahun ini, dengan sebutan paskah keluarga (bukan paskah anak-anak), petugas liturgi tak lagi jadi monopoli anak-anak.
Dengan julukan misa Semi Inkulturasi Flobamora, koor dan tarian-tarian asal Flobamora mengiring dan menyemarak Perayaan Paskah ini. Dibilang “semi” karena tak seluruh misa diwarnai oleh kultur daerah-daerah di NTT. Paduan suara pimpinan Adel Senda dan Trifonia Dionisia membawakan lagu-lagu bernuansa NTT.
“Luar biasa Perayaan Ekaristi hari ini. Koornya bagus sekali,” kata Helena, salah seorang umat lingkungan Regina Coeli, Kelapa Dua, Tangerang. “Suka banget misa inkulturasi NTT hari ini. Komunitas Flobamora NTT kereeen, sayang banget tadi telat, jadi nggak kebagian duduk di gereja. Tapi dari Gedung Karya Pastoral (GKP) suaranya bagus sekali. Aku benaran paksa anak-anak misa jam 9 lho saking tahu koornya keluarga Flobamora,” kata Janice, pegiat Komunikasi Sosial Paroki Curug Santa Helena. (kumitoro)