KITAKATOLIK.COM—Olahraga tidak hanya berdampak bagi kebugaran tubuh, tapi juga segi hidup manusia lainnya, termasuk dalam menaiki tangga karier. Itulah buah pembelajaran yang dialami Yoseph Juwa Dobe Ngole, SH., terutama saat menekuni olahraga golf.
“Pertama sekali, kita belajar menahan diri,” kata pria kelahiran Ende, Flores, 26 April 1964 ini. Menurut pria bertubuh ramping ini, lawan kita dalam bermain golf adalah diri kita sendiri.
“Kalau kita emosi, tidak bakalan baik pukulannya. Sebaliknya, bila kita dapat menenangkan diri, pasti sukses,” tambah pria yang pernah menjabat sebagai Jakarta Commercial Litigation di kantor pusat CIMB Niaga ini.
Selain penguasaan diri, golf juga dapat membantu kita mempelajari kharakter seseorang. “Golf adalah permainan mental,” kata pria yang lebih dari 22 tahun berkarier di CIMB Niaga (sebelumnya Bank Niaga). Karena itu, sambung dia, bila ingin mendapatkan relasi bisnis atau partner usaha yang bagus, ajaklah dia bermain golf.
“Dengan waktu yang relatif lama, minimal 6 jam, kita dapat mempelajari kharakter bakal teman bisnis atau rekan kerja kita,” kata suami dari Olivera Trisna Diana Juli Sibuea, SE ini.
Semakin sering bermain, ia mengaku makin banyak mendapat ilmu kehidupan dari jenis olahraga yang bermula dari Skotlandia ini. Dulu, ia berpikir, semakin kuat kita memukul akan semakin jauh jangkauan bola. Nyatanya tidak. Sebaliknya, semakin tenang dan pelan kita mengayunkan stik, semakin jauh jangkauan bola.
“Yang utama dari permainan golf itu bukan di kekuatan, tapi ketepatan Anda memukul bola. Begitu pun dalam hidup. Semakin lembut seseorang, dia semakin memiliki kekuatan luar biasa untuk ‘menaklukan’ orang lain. Lemah lembut dan cinta kasih, itu luar biasa kekuatannya,” tegas ayah dari Theresia Vena Fatima Bay Ama dan Samuel Charlie Waso Ea ini.
Pendekatan yang lembut
Kelembutan dan cinta kasih. Itulah gaya Yos – begitu dia biasa disapa – di dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia Jurusan Hukum Perdata Internasional ini memulai kariernya di PT. Bank Niaga Tbk sebagai Legal Officer (1991-2003). Dari 2003 hingga 2005, masih di bank yang sama, ia dipercaya sebagai Corporate Dispute Settlement Division Head.
Dari 2005 hingga 2007, ia menjabat Jatim and Indtim Area Legal Division Head. Ia kemudian ditempatkan sebagai Jabar Sumatra Area Legal Division Head (2008-2010). Di dua tahun berikutnya, ia dipercayakan sebagai Jatim and Indtim Recovery Litigation Division Head. Kemudian, di tahun 2013, ia menjabat Jateng Kalimantan Bussines Loan Settlement Division Head.
Dari tahun 1997 hingga 2007, ia ditugaskan dan diperbantukan ke Bank Indonesia sebagai Tim Likuidasi PT. Bank Dwipa Semesta (Dalam Likuidasi). Bahkan di tahun 1992 hingga 1996, ia bertindak selaku Direktur PT. Ekaguna Jatiloka dan pernah pula sebagai Komisaris PT. Cahaya Mitra Damai (1995-1999). Yos juga aktif sebagai trainer beberapa program antara lain Seven Habits Program, Pelatihan Bank Syariah, dan Legal Program.
Selama 22 tahun berkarier di PT. Bank Niaga Tbk dan kemudian berubah menjadi CIMB Niaga, Yos selalu ditempatkan dalam bidang penyelesaian kredit bermasalah. Di dalam menjalankan tugasnya itu, ia mengaku selalu mengedepankan kelembutan dan cinta kasih.
“Dengan cara demikian peluang berhasil lebih tinggi dibanding bila kita melakukan pendekatan kekuatan atau apalagi kekerasan,” katanya.
“Kelembutan dan cinta itu memiliki kekuatan yang jauh lebih dasyat ketimbang kekerasan,” tambahnya.
Yos menyebut dua kualitas diri yang harus dimiliki oleh orang yang bergerak di bidang penyelesaian kredit bermasalah.
“Yang pertama, kepribadiannya harus baik. Kedua, punya kompetensi. Ilmunya harus mumpuni dan multidisiplin, baik penagihan, perpajakan, finasial, model bisnis maupun keahlian berkomunikasi. Dan yang utama adalah memiliki keterampilan berpikir logis,” kata pria yang sudah dua kali mencoba bertarung dalam kontes Pilkada di daerah asalnya ini.
Kunci utama pelaksanaan penagihan, menurut Yos, adalah menjalin komunikasi yang baik. Karena itu, ia mengaku tak pernah menggunakan jasa debt collector.
“Resikonya besar sekali. Apa yang dilakukan oleh mereka – entah melalui cara apapun – akan menjadi tanggung jawab kita,” katanya. Karena itu, ia selalu memakai jasa lawyer.
Siap menanggung risiko
Ada beberapa prinsip utama yang dipegangnya dalam hidup dan kariernya. Yang pertama adalah menjunjung integritas. Dalam semua jenis kerja, tentu ada godaan dan itu hanya bisa dikalahkan oleh integritas diri yang kuat.
“Apalagi dalam menangani kredit bermasalahan. Dari pihak ketiga, penjualan aset, fee lawyer, terbuka celah, dimana kita bisa memperkaya diri dengan merugikan perusahaan,” katanya.
Yang kedua, bertanggung jawab terhadap setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. “Ya, berani berbuat, berani bertanggung jawab,” katanya. Prinsip kedua ini disemai sejak masih kanak-kanak. Sebagai putra Raja, ayahnya selalu menekankan prinsip itu pada keenam anaknya, terutama kepada Yos sebagai anak sulung.
“Sebagai mosalaki (bangsawan), kita harus bertanggung jawab atas apa yang diputuskan dan dilakukan, apapun risikonya,” kata ayahnya selalu.
Dan pertanggungjawaban itu tidak hanya ditujukan dalam level horisontal – kepada masyarakat, tapi juga secara vertikal, kepada Tuhan Sang Pemberi hidup. “Hidup kita tidak hanya berhenti di dunia ini,” tegasnya. (pamago)