VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Kehadiran Kristus dalam Ekaristi menyembuhkan luka-luka dan mengubah hal negatif yang pahit menjadi sukacita Tuhan.
“Ekaristi membawakan kita kasih setia Bapa, yang menyembuhkan perasaan kita sebagai anak yatim. Ekaristi memberi kita cinta Yesus, yang mengubah sebuah makam dari akhir ke awal, dan dengan cara yang sama dapat mengubah hidup kita. Ekaristi memenuhi hati kita dengan kasih penghiburan dari Roh Kudus, yang tidak pernah meninggalkan kita sendirian dan selalu menyembuhkan luka kita,” kata Paus Fransiskus dalam kotbahnya dalam Perayaan Corpus Christi atau Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Minggu (14/6/2020) yang lalu.
Setiap kali kita menerimaNya, kata Paus Fransiskus, kita diingatkan bahwa kita berharga. Bahwa kita adalah tamu yang telah diundang ke perjamuan makanNya, sebagai teman yang diundang untuk makan bersamaNya. Bukan hanya karena Dia murah hati, tapi karena Dia benar-benar mencintai kita. Dia melihat dan mencintai keindahan dan kebaikan kita.
Perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus sendiri mulai dirayakan gereja pada bad ke-13, menyusul mukjizat Ekaristi dimana hosti berdarah pada saat konsekrasi.
“Ekaristi bukan sekadar tindakan memperingati. Tapi sebuah fakta bahwa Paskah Tuhan hadir sekali lagi untuk kita. Dalam Misa, kematian dan kebangkitan Yesus menjadi nyata di hadapan kita,” kata Paus.
Perayaan Tubuh dan Darah Kristus, secara tradisional dirayakan pada hari Kamis setelah Hari Raya Tritunggal yang Maha Kudus, atau untuk beberapa Negara termasuk Amerika dan Italia, di rayakan pada hari Minggu setelah Pesta Tritunggal Maha Kudus itu.
Peringatan Tubuh dan Darah Kristus ini menyediakan kesempatan bagi gereja untuk memfokuskan diri pada kehadiran riil Kristus dalam Ekaristi, yang menurut Paus memenuhi kerinduan-kerinduan terdalam hati kita.
“Tuhan, yang menawarkan dirinya kepada kita dalam kesederhanaan roti, juga mengajak kita untuk tidak menyia-nyiakan hidup kita dalam mengejar banyak ilusi yang kita pikir tidak dapat kita lakukan tanpanya, namun itu membuat kita kosong di dalam batin,” katanya.
Ekaristi, lanjut Paus, memuaskan rasa lapar kita akan hal-hal materi dan menyalakan hasrat kita untuk melayani. Ekaristi membangkitkan kita dari gaya hidup kita yang nyaman dan malas dan mengingatkan kita bahwa kita tidak hanya diberi makan dengan mulut, tetapi juga tanganNya untuk digunakan untuk memberi makan orang lain.
Paus Fransiskus berkata bahwa Yesus mendekat dengan lembut dalam kesederhanaan dan kelembutan hosti yang melucuti segala dosa.
Hanya cinta yang bisa menyembuhkan rasa takut dari akarnya dan membebaskan kita dari egoisme yang memenjarakan kita. Dan itulah yang dilakukan Yesus.
“Dia mendekati kita dengan lembut, dalam kesederhanaan hosti yang melucuti segala dosa. Dia datang saat Roti dipecah-pecahkan untuk menghancurkan cangkang keegoisan kita. Dia memberikan diri-Nya sendiri untuk mengajar kita bahwa hanya dengan membuka hati kita kita dapat dibebaskan dari hambatan batin kita, dari kelumpuhan hati,” kata Paus Fransiskus. (Admin)