IKDKI Diharap Jadi Wadah Para Dosen Katolik Mendapatkan Solusi atas Masalah Profesi yang Dihadapi

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI) diharapkan bisa menjadi wadah para dosen Katolik mendapatkan solusi atas masalah professional yang dihadapi mereka, baik terkait profesi, institusi tempat mereka bernaung, jenjang kepangkatan maupun regenerasi dosen Katolik.

Hal itu mengemuka dalam gelaran Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertama yang diadakan pada Sabtu (27/7/2024) di Gedung M, Lt., Universitas Tarumanegara Jakarta yang mengusung tema: “Bertumbuh dalam Kasih Persaudaraan, Bersinergi dalam Keberagaman, Berbakti pada Negeri”.

Prof Dr. Thomas Suyatno yang didapuk sebagai pembicara talkshow di awal Kongres bersama Prof Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc. M.A. PhD dan Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama Drs. Suparman, SE. M.Si, berharap agar tagline IKDKI yaitu “Mumpuni dan Melayani” sungguh-sungguh dapat dihayati para anggotanya.

Mumpuni, kata salah seorang penasihat IKDKI,  ini menunjuk pada aspek profesionalisme. “Dosen Katolik harus selalu kritis, tetap profetis, professional dan etis, santun. Kesantunan boleh berbeda karena terpengaruh kultur, tapi kritis dan profetis itu harus,” katanya.

Para pembicara: Prof Thomas Suyatno (membungkuk), Drs Suparman, Rektor Untar Prof Api dan Prof. Purnomo Yusgiantoro.

Supaya “mumpuni”, mantan  Rektor Universitas Katolik Atmajaya dan Perbanas ini memberikan empat persyaratan yaitu punya prestasi, memiliki dedikasi yang tinggi, punya loyalitas pada organisasi dan misi yang diembannya dan tidak bercela.

Sementara dalam aspek “melayani” ia berharap IKDKI ini bisa menjadi tempat mengadu bagi para anggotanya. Setia pada kesulitan, organisasi ini harus ikhlas dan rela mendengarkan aduan anggota. “Organisasi ini juga harus berfungsi sebagai tempat menangis bagi anggotanya,” katanya.

Sementara Suparman mengharapkan agar Rakernas IKDKI ini bisa menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat jadi rekomendasi kepada Direktorat Jenderal Bimas Katolik dalam mengambil kebijakan.

“Tentu saja saya sangat mengharapkan masukan dari para dosen yang hadir di sini. Saya percaya bahwa banyak isu yang bisa dibahas di Rakernas bisa menghasilkan rekomendasi untuk kami dalam mengurus 8,6 juta penduduk Katolik Indonesia saat ini,” tegasnya.

Sebagai pembicara ketiga, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro dalam paparannya mengajak IKDKI untuk menjadi garam dan terang dunia. Salah satu kontribusi nyata adalah terlibat dalam upaya peningkatan indeks pendidikan di Indonesia, yang saat ini masih cukup rendah.

Punya legalitas dan legitimasi yang kuat

Dalam sambutannya, Ketua Umum IKDKI Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, M.T., M.M., I.P.U., ASEAN Eng menceritakan awal kisah perjalanan IKDKI yang tidak mudah. Semula, pengurus sudah merancang kegiatan untuk segera dijalankan di awal tahun 2020.

“Namun, covid-19 membuat renacana kegiatan itu harus diatur ulang. Yang semula rencana dilaksanakan offline akhirnya harus dialihkan menjadi kegiatan online. Dan saat itu kita melakukan berbagai seminar dengan macam-macam topik,” kata Prof. Api.

Pasca pandemi, pengurus kembali menghidupkan asa untuk terus menggerakkan IKDKI. Setelah malalui proses panjang, akhirnya rekomendasi dari Konferensi Waligereja Indonesia diperoleh, menyusul surat rekomendasi dari Direkorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik RI. Lalu pendaftaran untuk legalitas di Kementerian Hukum dan HAM diajukan dan pengesahannya terbit pada 1 Februari 2024.

“Maka setelah urusan legalitas ini selesai, sekarang kita ingin melangkah ke depan. Inilah alasan mengapa diadakanlah Rakernas ini,” kata Prof. Api.

Rektor Universitas Tarumanagara ini, melihat bahwa perhatian pihak Gereja terhadap para dosen-dosen Katolik di kampus non-Katolik masih minim. Bahkan, tidak ada yang memperhatikan mereka. Kalau kita tidak membantu mereka, minimal IKDKI menjadi wadah yang baik dan kondusif untuk kolabirasi ke depan. (Paul MG).

One Comment on “IKDKI Diharap Jadi Wadah Para Dosen Katolik Mendapatkan Solusi atas Masalah Profesi yang Dihadapi”

  1. 1) sementara ini ada “keangkungan” para dosen Katolik yang berkarya di universitas katolik dan seminari tinggi katolik yang menjaga jarak enggan gabung dengan organisasi guru dan dosen katolik yang diluar 2 kelompok tersebut yang ada di wilayah keuskupannya (catatan ini sdh terjadi sejak ISKA berdiri.)…..2) apakah sdh ada pastoral dosen katolik yang dirumuskan IKDKI? …. bgmn IKDKI berhubungan dengan ikatan guru katolik untuk merumuskan konsep pendidikan di Indonesia yang sanggup menantang tanda-tanda jaman perubahan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *