Paus Fransiskus: Pintu ke Sorga Memang Sempit, Tapi Terbuka Untuk Semua Orang

VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Pintu ke sorga memang sempit, tapi terbuka untuk  semua orang. Pintu yang sempit itu adalah Kristus yang merupakan jalan menuju Sorga. Dan bila ingin masuk ke dalam Kerajaan  Sorga, kita harus mengikuti Kristus, sang Jalan itu.

Demikian penegasan Paus Fransiskus dalam pesannya sebelum mendaraskan  doa Malaikat Tuhan (Angelus) pada Minggu (21/8/2022) dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus,  Vatikan, Roma.

Peryataan tersebut bertolak dari bacaan Injil Minggu kemarin (Lukas 13: 22-30)  tentang jalan menuju keselamatan, yang harus ditempuh bila kita ingin menikmati keselamatan. Jalan yang sempit dan sesak.

“Pintu yang sempit… ini adalah gambaran yang bisa membuat kita takut, seolah-olah keselamatan hanya diperuntukkan bagi segelintir orang pilihan, atau orang-orang yang sempurna. Tetapi ini bertentangan dengan apa yang Yesus ajarkan kepada kita di banyak kesempatan lain,” kata Paus kepada para peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

“Dan sebenarnya, pada kelanjutannya, Ia menegaskan, ‘Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.’ (ay. 29). Karena itu, pintu ini sempit, tetapi terbuka untuk semua orang! Jangan lupakan ini. Pintu itu terbuka untuk semua orang,”

Yesuslah pintunya

Pintu yang sempit, kata Paus, mengacu pada Yesus. Ketika malam tiba, biasanya pintu-pintu kota akan ditutup dan hanya satu, yang terkecil dan tersempit, yang akan tetap terbuka. Untuk kembali ke rumah, seseorang hanya bisa lewat di sana.

Jadi ketika Yesus memproklamirkan diriNya sebagai pintu, Ia sebenarnya mau menunjukkan bahwa Ia-lah jalan satu-satunya untuk masuk ke dalam kerajaan sorga.

“Dia ingin memberi tahu kita bahwa untuk masuk ke dalam kehidupan Tuhan, ke dalam keselamatan, kita perlu melewati Dia, bukan melalui yang lain, melalui Dia; untuk menyambut Dia dan Firman-Nya. Sama seperti untuk masuk ke kota, seseorang harus ‘mengukur’ sama dengan satu-satunya pintu sempit yang tersisa, demikian juga pintu Kristiani adalah kehidupan yang ‘ukurannya adalah Kristus’, didirikan dan dimodelkan pada diri-Nya,” urai Paus.

Ini, lanjut Paus, berarti bahwa aturan ukuran adalah Yesus dan Injil-Nya – bukan apa yang kita pikirkan, tetapi apa yang Dia katakan kepada kita.

“Jadi, kita berbicara tentang pintu yang sempit bukan karena hanya sedikit yang ditakdirkan untuk melewatinya, bukan, tetapi karena menjadi milik Kristus berarti mengikuti Dia, menjalani hidup dalam kasih, dalam pelayanan, dan dalam memberikan diri sendiri sebagaimana Dia lakukan, yang melewati pintu sempit salib,”  tambahnya. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *