Romo Constantius Eko Wahyu, OSC: Kasih dalam Keluarga Haruslah Kasih yang Selfless Bukan Selfish!

TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Kasih dalam keluarga haruslah kasih yang tanpa pamrih (selfless), bukan selfish atau mementingkan diri sendiri (egois). Karena orang yang menghayati atau memiliki kasih sejati itu selalu mau keluar dari dirinya sendiri.

“Di dalam kasih, orang harus keluar dari dirinya sendiri. Kasih di dalam keluarga, haruslah kasih yang selfless, bukan selfish. Kalau selfish love itu berarti cintanya hanya untuk diri saya. Tapi kalau selfless, itu artinya kepentingan saya harus semakin  kecil, saya harus semakin tidak diperhitungkan oleh diri saya,” kata pastor Constantius Eko Wahyu, OSC.

Hal itu disampaikan romo Eko saat memimpin Perayaan Ekaristi dalam rangka HUT Perkawinan ke-19 dari pasangan Ignatius Ferdianto dan Maria Febriana Endah Woro Lestari pada Sabtu (22/7/2023) di lingkungan Fransiskus Xaverius, Sari Bumi, Paroki Curug-Santa Helena, Tangerang.

Pembaharuan janji perkawinan

Keluarga, kata romo Eko, merupakan anugerah Allah dan karena itu harus dikonstruksikan sesuai dengan maksud dan kehendak Allah yaitu agar keduanya (pasangan) saling mengasihi. Hanya kasih yang bisa membuat keluarga bertahan.

Perhatian dan pengampunan

Pastor kelahiran 11 Maret 1969 ini lalu menjabarkan beberapa perwujudan kasih dalam keluarga. Pertama, perhatian. Lantaran terlampau tenggelam dalam  rutinitas pekerjaan masing-masing, kita jadi lupa memperhatikan pasangan hidup kita. Lupa membuat koneksi lagi dengan pasangan.

“Perhatian merupakan wujud kasih. Memperhatikan itu berarti saya mau memberikan apa yang dia butuhkan dalam kehidupan. Dalam perkawinan, kita harus punya hati untuk pasangan kita. Kita bertugas membuat dia bahagia,” kata romo Eko.

Ekspresi kasih yang kedua adalah pengampunan. Terutama dalam arti tak terfokus pada kesalahan atau kekurangan pasangan tetapi pada hal-hal positif yang dia miliki.

“Hidup  akan menjadi semakin bahagia kalau kita bisa melihat hal-hal positif dalam orang-orang yang kita sayangi. Sering mudah kita hanya melihat ini negatif dan karena itu membuat kita jengkel.  Tapi kalau kita memikirkan hal positifnya, maka hidup bersama menjadi anugerah yang indah,” tukasnya.

Ia berharap, masing-masing pihak tak menuntut yang lainnya untuk menjadi seperti yang diharapkan. Atau berusaha menurunkan ekspektasinya atas pasangannya.

“Saat kita melihat hal-hal indah dalam pasangan kita, maka perkawinan itu menjadi anugerah. Untuk melihat hal indah dalam diri pasangan, dalam diri anak-anak, itulah cara kita mengasihi. Itu pun adalah kasih,” katanya.

Kepada pasangan muda, Romo Eko selalu minta untuk belajar memuji pasangannya. Setiap orang ingin dipuji, termasuk pasangan Anda.

“Dia masak, puji. Katakan enak, meski sebetulnya tak enak. Kalaupun istri gendut, jangan katakan ia gendut, tapi katakan bahwa ia terberkati.  Ingat, orang yang punya cinta adalah orang yang tidak mudah menyakiti pasangannya. Orang yang punya kasih adalah orang yang selalu membuat pasangannya selalui tenang dan damai berada di sisinya,” tambahnya.

Perayaan Ekaristi digelar tepat pukul 18.00 WIB dan dihadiri oleh warga lingkungan, keluarga dan undangan lainnya. Setelah kotbah, dilakukan pembaharuan  janji perkawinan pasangan Ignatius Ferdianto dan Maria Febriana Endah Woro Lestari.  (Paul MG).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *