Carlo Acutis, Milenial Pertama yang Dibeatifikasi oleh Gereja Katolik

ASISI,ITALIA,KITAKATOLIK.COM—Tanggal 10-10-20-20 sangat istimewa bagi masyarakat dunia karena hanya muncul sekali dalam sejarah umat manusia. Tak heran bila banyak pasangan muda memilih tanggal tersebut sebagai hari pernikahan mereka.

Tanggal tersebut juga sangatlah istimewa bagi umat Katolik di seluruh dunia, terutama bagi kaum milinial. Untuk pertama kali dalam sejarah, seorang milenial dibeatifikasi, diberi gelar “Diberkati” atau beato. Satu langkah lagi menjadi orang kudus. Carlo Acutis, namanya.

Ya, pada 10-10-20-20, Gereja Katolik membeatifikasi Carlo di Asisi, Italia. Seperti dilukiskan Courtney Mares dari Catholic News Agency, dengan beatifikasi ini, gereja Katolik memiliki beato pertama yang mencintai super Mario dan Pokemon. Tapi cintanya pada hal tersebut tidak sebanyak dan sekuat cintanya akan kehadiran nyata Tuhan Yesus dalam Ekaristi.

“Untuk selalu bersatu dengan Kristus, itulah program hidup saya,” tulis Carlo saat ia berusia tujuh tahun.

Tigaribuan peziarah mengikuti prosesi beatifikasi Beato Carlo

Carlo berkebangsaan Italia dan  lahir di London tahun 1991. Ia ahli dalam komputer dan sangat berbakat dalam pemrograman komputer. Tapi di atas semuanya, dia sangat mencintai Yesus.

“Sejak dia masih kecil … dia memfokuskan pandangannya ke Yesus. Cintanya pada Ekaristi merupakan fondasi yang memelihara dan menjaga agar hubungannya dengan Yesus tetap hidup. Dia sering mengatakan, ‘Ekaristi adalah jalan raya saya menuju surga,’” kata Kardinal  Agostino Vallini dalam homilinya saat  beatifikasi.

Carlo, kata dia, selalu terdorong untuk membantu orang lain menemukan dan menikmati kehadiran Tuhan yang penuh persahabatan dan berlimpah rahmat dalam kehidupan mereka.

Gunakan tekonologi untuk memberitakan Injil

Dalam homilinya, Kardinal Vallini juga memuji Acutis sebagai model dan contoh hidup bagaimana orang muda dapat menggunakan teknologi untuk mewartakan Injil.

Kardinal Agostino Vallini memimpin upacara Beatifikasi Beato Carlo Acutis

“Untuk menjangkau sebanyak mungkin orang dan membantu mereka mengetahui keindahan persahabatan dengan Tuhan,” kata Wakil Kepausan untuk Basilika Santo Fransiskus ini.

Bagi Carlo, masih menurut Vallini, Yesus adalah  kekuatan hidupnya dan tujuan dari semua yang dia lakukan.

“Dia yakin bahwa untuk mencintai orang dan melakukan kebaikan bagi mereka, Anda perlu menarik energi dari Tuhan. Dalam semangat ini dia sangat setia kepada Bunda Maria,” tambah  Vallini.

“Keinginannya yang kuat juga adalah menarik sebanyak mungkin orang kepada Yesus, menjadikan dirinya pembawa Injil di atas segalanya dengan teladan hidup.”
Di usia muda, Acutis belajar sendiri bagaimana memprogram dan melanjutkan untuk membuat situs web yang membuat katalog keajaiban Ekaristi dan penampakan Maria di dunia.

“Gereja bersukacita, karena di masa muda ini firman Tuhan Yang Terberkati digenapi: ‘Aku telah memilihmu dan menetapkanmu untuk pergi dan menghasilkan banyak buah.’ Dan Carlo ‘pergi’ dan membawa buah kekudusan, menunjukkannya sebagai tujuan yang dapat dijangkau oleh semua. Bukan sebagai sesuatu yang abstrak dan disediakan untuk beberapa orang,” kata Kardinal Vallini.

“Dia  adalah anak laki-laki biasa, sederhana, spontan, menyenangkan… dia mencintai alam dan hewan, dia bermain sepak bola, dia memiliki banyak teman seusianya, dia tertarik dengan sarana komunikasi sosial modern, bergairah dengan ilmu komputer dan, otodidak , dia membangun situs web untuk menyebarkan Injil, untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan keindahan,” tambah Vallini.

Setiap 12 Oktober

Sekitar 3000 peziarah datang ke Asisi untuk mengikuti proses beatifikasi tersebut. Karena hanya sedikit orang yang diperbolehkan masuk, mereka mengikuti prosesi itu melalui  dari layar lebar.

Kebanyakan peziarah  adalah mereka yang mengenal Carlo secara pribadi. Juga banyak anak muda yang terinspirasi oleh kesaksian hidup Carlo yang meninggal dalam usia 15 tahun pada 12 Oktober 2006, di Milan.

Mattia Pastorelli yang kini berusia 28 tahu memiliki kesaksian menarik tentang Carlo yang dijumpainya dan kemudian menjadi sahabat sejak usia lima tahun. Dia ingat benar saat-saat mereka bermain video game, termasuk Halo.

“Memiliki seorang teman yang akan menjadi orang suci sangat mengharu-biru. Saya tahu dia berbeda dari yang lain, tetapi sekarang saya menyadari betapa istimewanya dia,” kata Pastorelli sambil menambahkan bila sahabatnya itu sangat berbakat dalam memprogram situs web.

Dalam surat Apostoliknya, Paus Fransiskus menetapkan setiap tanggal 12 Oktober sebagai pesta Beato Carlo Acutis. (Pamago)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *