TANGERANG,KITAKATOLIK.COM–DALAM kehidupan beriman, kita mengenal beragam doa seperti doa pagi, doa malam, doa sebelum tidur, doa pemberkatan rumah, perayaan ekaristi, kaul kekal, jalan salib, ibadah harian, novena (novena Roh Kudus, novena Tiga Kali Salam Maria, novena Judas Tadeius), dan masih banyak lagi.
Menurut Pastor Riston Situmorang, OSC, semua doa Katolik tersebut bisa dirangkum ke dalam tiga jenis besar doa gereja, yaitu doa personal atau pribadi, doa devosional dan doa liturgis.
Doa personal atau doa pribadi merupakan doa yang rumusannya sangat pribadi, sering merupakan ekspresi batin dalam relasi individual seseorang dengan Tuhan. Doa ini tak memiliki rumusan baku dan tak terikat waktu dan tempat.
“Tuhan, fisik saya sudah sangat lelah. Sekarang saya mau tidur, sertai aku dalam tidurku, agar esok hari bisa bangun dalam keadaan lebih bugar dan memulai hari bari dengan penuh semangat!” Itu contoh doa pribadi, tepatnya doa sebelum tidur. Doa pribadi ini bisa berupa doa sebelum dan sesudah tidur, doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah bekerja, doa meminta kelulusan, dan seterusnya.
Doa devosional
Menyebut Adorasi Sakramen Maha Kudus, Jalan Salib, Doa Angelus, Doa Rosario sebagai contoh-contoh doa devosional, Sekretaris Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini menjelaskan bahwa doa devosional memiliki rumusan baku tapi sifatnya tak resmi, fakultatif dan lebih emosional,
“Doa rosario misalnya, meskipun disukai banyak orang, tapi tak wajib untuk seluruh dunia,” katanya kepada ratusan umat Paroki Curug, Santa Helena dalam Seminar Liturgi yang digelar di Paroki Curug, Santa Helena, Minggu (23/6/2024) yang lalu dengan tema besar “Yuk, Kenalan dengan Liturgi”.
Sementara jenis ketiga, yaitu Doa Liturgi, merupakan puncak dari doa-doa katolik. Sifatnya resmi, seragam dan universal.
Meskipun liturgi dan devosi tidak bertentangan, tapi liturgi jauh melebihi dan melampaui devosi.
“Jadi tidak bisa misalnya kita menggunakan jalan salib yang merupakan doa devosional untuk menggantikan ritus pembukaan dan liturgi sabda dalam perayaan Ekaristi. Dalam arti setelah jalan salib, dilanjutkan dengan persembahan atau liturgi ekaristi. Itu tidak bisa karena liturgi jauh melampaui devosi,” kata Pastor Riston dalam seminar bergaya talkshow yang dimoderatori oleh Pastor Freday Badianto Sihombing, OSC, pastor rekan di Paroki Curug ini.
Jalan salib, sambung dia, bisa dilakukan tapi harus terpisah dan tak boleh menggantikan ritus pembuka dan liturgi ekaristi dalam Perayaan Ekaristi.
“Setelah jalan salib, dilanjutkan Perayaan Ekaristi dari awal, dalam arti dari ritus pembuka,” tambahnya.
Tiga jenis doa liturgi
Doa liturgi sendiri memiliki tiga jenis, yaitu liturgi sakramen, sakramentali dan ibadah harian.
Liturgi Sakramen terkait dengan tujuh sakramen yaitu sakramen babtis, penguatan, ekaristi, tobat atau rekonsiliasi, pengurapan orang sakit, tahbisan (diakonal, presbyteral (imamat), dan episcopal (uskup) dan sakramen perkawinan.
“Bentuk doa liturgi yang kedua yaitu sakramentali itu mirip dengan sakramen, tapi tak sama. Liturgi sakramentali adalah liturgi yang mirip sakramen, tapi bukan sakramen. Kalau Sakramen kita yakin didirikan oleh Kristus, kalau sakramentali didirikan oleh gereja,” jelas Pastor Riston.
Liturgi sakramentali, tambah dia, memiliki lima jenis. Yaitu consecratio (pengudusan), misalnya kaul kekal seorang suster tanpa misa. Atau pemberkatan minyak krisma. Kedua, dedicatio seperti pemberkatan gereja atau altar. Lalu benedictio yang berarti pemberkatan, seperti pemberkatan rumah, pemberkatan gedung, mobil dan sebagainya. Keempat exorcitio atau pengusiran setan dan kelima adalah ibadah arwah.
Sementara bentuk doa liturgi yang ketiga adalah ibadah harian atau ofisi. (Paul MG).