TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Melalui “Rumah Peduli”, umat Paroki Curug, Santa Helena, Tangerang mengumpulkan “sampah” rumah tangga menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan. Selain melindungi alam dari pencemaran, “sampah” tersebut bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang berguna bagi yang membutuhkannya.
“Berkatilah Rumah Peduli Santa Helena ini, semoga setiap barang yang dikumpulkan oleh umatmu menjadi berkat bagi saudara-saudari yang membutuhkan,” doa pastor Constantius Eko Wahyu dalam video yang ditayangkan di akhir Misa Perayaan Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam, Minggu ((21/12/2021.
Dengan tajuk “Gerakan Peduli Kasih Lewat Sampah”, umat diajak untuk menggelorakan kembali semangat untuk mengumpulkan botol bekas, plastik, minyak jelantah, beling, kardus bekas dan lain-lainnya ke Rumah Peduli yang terletak di salah satu pojok halaman Gereja Santa Helena tersebut.
Melalui kepedulian umat pada gerakan yang sebenarnya sudah dilaksanakan sejak satu dekade lalu dalam koordinasi Seksi Lingkungan Hidup Paroki, Pastor Eko berharap agar dunia kita menjadi dunia yang lebih mencerminkan Kerajaan Allah, yang hadir di muka bumi ini.
“Semoga gerakan ini menjadi gerakan umatmu yang membawa berkat bagi sesama,” doa Pastor Eko.
Kelola minyak jelantah
Video itu dibuka dengan fragmen seorang ibu muda yang mau membuang minyak jelantah ke tempat sampah. “Stop!” kata pastor Eko lalu menjelaskan mengapa minyak jelantah itu tak boleh dibuang dan sebagusnya diserahkan ke gereja.
Menurut Ketua Lingkungan Hidup Paroki Curug Tjatur Prasetijono, minyak jelantah atau waste/used cooking oil adalah minyak bekas pemakaian penggorengan kebutuhan rumah tangga umumnya yang dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner. Juga untuk dijernihkan kembali dan digunakan untuk menggoreng kembali, ataupun digunakan untuk pembuatan sambal.
Tapi, tegas Tjatur, minyak jelantah sebenarnya punya potensi membahayakan lingkungan hidup dan manusia. Ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Minyak jelantah ini, bila dibuang ke saluran pembuangan dapur atau ke septik tank, akan berakibat tersumbatnya saluran air pembuangan yang ada di rumah, dan juga akan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan air sungai dan air tanah.
Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan, tambah Tjatur, dapat merusak kesehatan manusia dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Bila dibuang ke saluran air, akan mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup.
“Perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Salah satunya dengan melakukan daur ulang menjadi bahan bakar biodise,” jelas Tjatur. (Admin)