Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Lukas 1:39-45)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini kita mendengar tentang dua orang ibu yang sangat gembira, penuh sukacita dan kebahagiaan karena berita tentang kelahiran putera mereka yang pertama (Yohanes Pembaptis dan Yesus). Satu hal yang menarik adalah mereka ingin berbagi harapan, sukacita, kegembiraan, cinta dan kebahagiaan dan damai satu sama lain.
Maria tidak ingin “menyimpan sendiri” kegembiraannya itu. Ia membawa Yesus kepada Elisabet (kita), yang membuat Elisabet “begitu gembira”, sampai-sampai anak dalam kandungannya pun turut merasakan kegembiraan yang dibawa dan dibagikan oleh Maria. “Ia masuk ke rumah Zakaria dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus.” (Luk. 1:40-41).
Hidup penuh harapan (hope), penuh cinta (love), penuh kegembiraan, sukacita, kebahagiaan (joy), penuh kedamaian (peace) adalah tujuan hidup kita sebagai orang beriman. Bagaimana caranya untuk mencapai itu? Dengan selalu Bersatu dengan Tuhan dan selalu “membawa Tuhan” dalam setiap langkah hidup kita (seperti Maria “membawa serta Yesus” dalam kandungannya). Tidak hanya itu, kita juga harus berani berjumpa dengan orang lain dan membawa Tuhan kepada orang lain (seperti Maria membawa Tuhan kepada Elisabet, saya, anda) sehingga Elisabet (saya, anda, banyak orang) juga merasakan dan mengalami sukacita, kegembiraan dari Tuhan.
Setiap hari kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan orang lain. Hendaknya perjumpaan kita menjadi SAAT RAHMAT, SAAT BERBAGI BERKAT, SUKACITA, KEGEMBIRAAN dan DAMAI bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga dan terutama bagi orang-orang lain.
Selamat “mengalami/menikmati dan berbagi” berkat, sukacita dan kegembiraan serta kebahagiaan dan damai dalam hidup ini.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus, sumber segala rahmat dan berkat (+) MEMBERKATI kita sekalian yang telah menikmati/mengalami dan berbagi sukacita dan kegembiraan dan damai kepada orang lain. Amin.