KITAKATOLIK.COM—Ketika doa permohonan kita tak terjawab, jangan berhenti berdoa, seperti dilakukan tak sedikit orang. Ganti berhenti dan berputus asa, alangkah lebih baik bila kita mempertimbangkan kembali isi hati yang terekspresi melalui doa-doa permohonan kita.
Seperti dilukiskan dalam Surat Santo Yakobus, doa kita seringkali tak dikabulkan karena kita salah berdoa.
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawanafsumu,” (Yakobus 4:3).
Jadi, seperti dikatakan Pastor Constantius Eko Wahyu, OSC, doa kita mungkin tak terjawab karena keadaan hati kita yang merasa penuh kekurangan.
“Kita salah berdoa bila kita mendasarkan doa kita dari hati yang penuh dengan kekurangan. Kalau hati ini penuh kekurangan maka kita hanya mendesak Allah terus-menerus. Ini doa yang salah,” kata Pastor Eko dalam sebuah seminar bertajuk “Ketika Doa Nampaknya Tak Terjawab” yang diselenggarakan oleh Komunitas Pertumbuhan Iman Wanita Bunda Penebus.
Sebaliknya, doa kita haruslah berlandaskan hati yang penuh syukur. Sayangnya, lanjut Pastor Eko, kita seringkali memikirkan hal yang memuat kita kesal. Padahal ada begitu banyak hal yang perlu kita syukuri.
“Mengapa kita selalu meributkan satu hal yang kecil saja, padahal ada banyak hal besar yang patut kita syukuri. Hati-hati dengan doa yang salah,” tukasnya.
Tiga keyakinan dasar
Sebenarnya ada tiga keyakinan dasar yang sejatinya membuat kita selalu optimis ketika berdoa.
Pertama, keyakinan kuat bahwa Allah adalah kasih seperti termuat dalam Surat Pertama Santo Yohanes 4:8, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”
“Allah tidak bisa tidak mengasihi kita. Berkat yang sama diberikan, tapi efek bagi kehidupan orang itu berbeda, tergantung dari hati orang itu. Maka apapun pengalamanmu, jangan pernah lupa bahwa Allah adalah kasih,” kata Pastor Eko.
Yang kedua, rancangan Tuhan itu rancangan damai sejahtera. Lagu “Tangan Tuhan sedang merenda”, kata Pastor Eko, sangat tepat melukiskan hal ini.
“Merenda itu menyambung benang, bukan kain. Kalau seorang ibu merenda, dia pasti sudah tahu mau jadi apa. Tuhan itu tahu ke depan kita itu seperti apa. Sayangnya rancangan kita kadang-kadang tidak sesuai dengan rancangan Tuhan, karena kita tidak mau diatur oleh Tuhan,” terangnya.
Yang terakhir, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang megasihi Dia.
Mengutip pendapat Santa Teresia, Pastor Eko menegaskan bahwa keadaan hati yang paling baik untuk berdoa adalah ucapan syukur dan cinta. Syukur adalah ekspresi iman dan harapan. Iman mengakui Tuhan adalah segala-galanya sementara harapan muncul karena kita yakin bahwa kita minta kepada sosok yang tidak salah.
“Jadi doa itu ungkapan iman karena saya tahu bahwa Allah adalah segala-galanya. Saya berharap karena Dia tahu yang terbaik bagi hidup saya. Jadi doa itu harus berlandaskan pada iman, harapan dan kasih,” ujar pastor yang kini melayani di Paroki Curug, Santa Helena, Tangerang, ini. (Admin)