Renungan Minggu 26 September 2021: Menjadi “Secangkir” Air dan “Segenggam” Garam

Kata Yohanes kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”  

Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

“Barangsiapa menyesatkan  salah satu dari anak-anak kecil  yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya  lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan  engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka ,  ke dalam api yang tak terpadamkan; 

Dan jika kakimu menyesatkan  engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;

Dan jika matamu menyesatkan  engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. 

Karena setiap orang akan digarami  dengan api . Garam  memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?  Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu  dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” (Mrk.9:38-43.45.47-50).

 

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng

ADA tiga anggota tubuh yang ditulis dalam Injil hari ini yaitu tangan, kaki dan mata. Ketiga anggota badan ini, menurut Markus,  mempunyai arti tersendiri. Apabila ketiga anggota tubuh ini digunakan sebagaimana  seharusnya, maka orang itu akan “hidup”. Sebaliknya, jika ketiganya tidak digunakan sebagai mana semestinya (“menyesatkan” diri sendiri dan/atau orang lain) maka orang itu masuk neraka (“tidak hidup”).

Yesus memerintahkan kita untuk penggal tangan dan kaki dan cungkil mata kita apabila “menyesatkan” diri sendiri dan orang lain. Yesus beralasan, lebih baik masuk ke dalam hidup (Kerajaan Allah) dengan tangan kudung  dan kaki timpang serta bermata satu daripada dengan berbadan utuh tetapi sayang masuk neraka.

Ajaran Yesus ini sangat tegas dan jelas, bukan “kejam”!  Ia menghendaki agar kita semua selamat, memiliki HIDUP. Tidak seorangpun binasa. Keselamatan itu harus kita perjuangkan mati-matian/ s sedemikian rupa tanpa dihalang-halangi oleh “kelaliman/dosa” yang lahir akibat “salah” jamah/ambil/sentuh, “salah” jalan/langkah, “salah” lihat/pandang, dan ” salah-salah” lainnya.

Pada sisi lain, Yesus memberi solusi, jalan, arah yang benar (supaya jangan salah/tersesat) yaitu agar kita  harus menjadi “bantuan, sarana, alat” keselamatan, rahmat, berkat  bagi diri sendiri dan terutama bagi orang lain, bukan malah menjadi batu sandungan bagi keselamatan diri sendiri dan orang lain, bukan malah menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

Yesus meminta kita untuk menjadi “seteguk/secangkir air”  dan segenggam garam bagi orang lain dan diri sendiri dalam hidup ini. Menjadi sumber dan memberi rasa aman, damai, sejahtera, bahagia, sukacita, cintakasih, harapan, ketenangan, penghiburan, kekuatan, kebaikan, pelayanan, keselamatan.

Selamat menjadi “secangkir atau seteguk air dan segenggam garam”!

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu berjuang untuk menjadi “secangkir air” dan “segenggam garam” yang “mengenakkan” hidup diri sendiri dan orang lain. Amin.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *