JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Menghadapi krisis multidimensi yang terjadi akibat pandemi COVID-19, Gereja Bethel Indonesia (GBI) melakukan aksi-aksi nyata, baik untuk memenuhi kebutuhan internal di antara GBI maupun eksternal atau masyarakat sekitar.
Sejak Maret 2020, saat COVID masuk ke Indonesia, GBI yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat 6 Oktober 1970 dan kini beranggotakan sekitar 6.600 gereja lokal tersebut, telah terlibat membantu jemaat dan masyarakat terdampak.
Segera setelah COVID-19 masuk dan terus meningkat, melalui zoom meeting, pihak GBI langsung mengalihkan dana untuk program-program yang sudah ditetapkan kepada upaya-upaya segera untuk menolong penderita dan mengatasi penyebaran COVID-19.
“Banyak program kita tunda. Kita alihkan pada satu hal yaitu menolong orang lain. Saya serukan untuk melakukan disinfektan, menyediakan alat pelindung diri (APD), dan membantu rumah sakit-rumah sakit. Itu kita lakukan di seluruh Indonesia,” jelas Ketua Umum Pengurus Pusat GBI Pendeta Dr. Rubin Adi Abraham dalam konferensi pers bersama para wartawan yang tergabung dalam Persekutuan Wartawan Media Kristiani Indonesia (Perwamki) di Graha Bethel, Pulo Mas, Jakarta Timur, Rabu (26/12/22).
Secara internal, GBI membantu para pendeta terdampak. Seperti diketahui, berbarengan dengan peningkatan penyebaran COVID-19, banyak gereja ditutup sementara. Itu mendatangkan kesulitan bagi kehidupan para pendetanya.
“Kita data semua yang kesulitan dan terdata sekitar 1600 pendeta yang terdampak. Tentu kita tidak bisa membiayai semuanya, tapi kita memberikan bantuan kepada mereka, antara Rp. 500 sampai 1 juta,” jelas Rubin sambil menjelaskan bahwa salah satu sumber dananya adalah dari fundraising yang salah satunya melalui youtube dan menghadirkan artis-artis Kristen.

“Kita buat malam dana dan puji Tuhan, dana yang terkumpul mencapai Rp. 2,2 miliar. Itulah cara Tuhan. Ketika kita punya niat baik, kita doa, dan sesuai dengan keinginan Tuhan, itu semua terjadi,” ujarnya.
Sosial Karitatif
Meski kehadirannya pertama sekali untuk urusan rohani, kiprah GBI dalam menyaksikan Kerajaan Allah secara konkrit dengan menjawab kebutuhan konkrit masyarakat dan gereja sudah dilakukan dan dirancangkan matang.
Dalam bidang pendidikan misalnya, GBI bertekad menghadirkan berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Universitas yaitu Universitas Bethel Indonesia.
“Sebenarnya Sekolah Tinggi dan sejenisnya sudah ada, misalnya yang dibangun pejabat GBI atau ada yang menjadi rektor, tapi secara kelembagaan, sejauh ini memang belum ada Universitas Bethel Indonesia,” terangnya. Ia menambahkan, sudah ada asosiasi pendidikan Bethel yang beranggotakan sekitar 150 lembaga pendidikan dari PAUD hingga Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di bidang kesehatan, pihaknya telah membentuk Persekutuan Dokter GBI yang juga tersebar di seluruh Indonesia. Rencananya, pelayanan akan ditingkatkan dari Balai Kesehatan, Klinik, hingga Rumah Sakit.
Sementara dalam kaitan dengan pengatasan masalah sosial darurat, sudah lama ada Taruna Siaga Bencana (Tagana) Rajawali yang sudah beranggotakan sekitar 9000 personil di seluruh Indonesia.
“Begitu ada bencana, entah banjir, gempa bumi atau apapun, mereka gerak cepat terlibat membantu. H plus 1 sudah bergerak dalam kerja sama dengan Departemen Soial RI.”
Ada juga beberapa proyek pemberdayaan gereja dan masyarakat yang diselenggarakan oleh GBI. Di House of Bread (HOB) yang berada di Tangerang misalnya, telah digelar pelatihan-pelatihan pertanian seperti budi daya tanaman organik.
Dalam pertemuan tersebut, Pdt. Rubin ditemani Sekretaris PP GBI Pdt. dr. Josafat Stephanus Mesach, M.Th., putra salah seorang pendiri GBI. (Paul M)