JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Dalam Surat Gembala Prapaskah 2022, Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengingatkan umat Katolik untuk meneladani salah satu wajah Yesus yaitu “Yesus yang berjalan keliling sambil berbuat baik” (Kisah Para Rasul 10:38).
Yesus, kata Kardinal mengutip Surat Paulus kepada Titus 2:14, telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya sendiri, suatu umat kepunyaaan-Nya sendiri yang rajin berbuat baik.
“Dalam arti ini kita dapat mengatakan bahwa manusia yang bermartabat adalah manusia yang rajin berbuat baik. Atau memakai kata-kata Yesus dalam Injil ‘pohon yang baik yang menghasilkan buah-buah yang baik,’” kata Kardinal.
Nasihat untuk terus berbuat baik, tegas Kardinal, sangat jelas terlukis dalam surat-surat Santo Paulus. Titus misalnya, diberi nasihat untuk menjadikan dirinya teladan dalam berbuat baik (bdk. Tit 2:7).
Jemaat di Tesalonika didoakan “agar Allah dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik” (2 Tes 1:11).
Timotius diminta untuk memperingatkan jemaat yang dilayaninya agar “mereka itu berbuat baik” (1 Tim 6:18).
Bagi jemaat Galatia – dan tentu saja bagi kita – dinasihatkan “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik … karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”
(Gal 6:9-10).
Selain Paulus, nasihat untuk berbuat baik juga datang dari Santo Petrus dan Yohanes. “Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya kepada Pencipta yang setia, dengan selalu berbuat baik” (1 Ptr 4:19). Sementara Santo Yohanes berkata, “Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah” (3 Yoh 11).
“Kutipan-kutipan ini kiranya cukup untuk menyimpulkan bahwa dengan rajin berbuat baik, kita menyatakan martabat kita sebagai citra Allah. Dengan rajin berbuat baik kita mewujudkan cita-cita kita sebagai umat Keuskupan Agung Jakarta untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi. Perbuatan baik adalah wujud kasih dan kepedulian kita serta bentuk kesaksian kita,” tegas Kardinal.
Meneguhkan dan memberkati
Dalam surat prapaskah itu, Kardinal juga menegaskan bahwa Yesus menunjukkan jalan-jalan yang konkret untuk berbuat baik. Seperti memandang orang lain secara positif dengan tidak mengadili atau menyalahkan (Luk 6:41-42).
Yang juga sangat aktual adalah nasihat untuk terus menjadikan kata-kata yang keluar dari mulut kita sebagai kekuatan yang meneguhkan, tidak memecah belah.
“Kata-kata yang keluar dari dalam hati mesti menjadi berkat, bukan kebohongan, bukan ujaran kebencian, bukan fitnah. Kata-kata kita mesti diterima dan dirasakan oleh orang lain sebagai buah yang baik karena keluar dari perbendaharaan hati yang baik,” kata Kardinal merefleksikan Luk 6:43-45 dan Sir 27:4-7.
Kardinal juga mengajak umat untuk selalu bertanya: “Perbuatan baik apa yang mesti kita lakukan – dalam lingkungan hidup kita yang konkret – yang dapat mencerminkan martabat kita sebagai murid-murid Kristus dan sekaligus memuliakan martabat orang lain?”
“Kita berharap melalui berbagai prakarsa yang kita jalani selama masa Prapaskah, kita terus dapat membaharui diri, bertumbuh menjadi pribadi yang semakin bermartabat dan semakin serupa dengan Kristus ‘Sang Manusia Sejati’” katanya. (Admin)