JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—“Gunakan tanganmu untuk melayani, berikan hatimu untuk mencintai!” Kalimat inilah yang mendorong DPC PERADI SAI (Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia – Suara Advokat Indonesia) Jakarta Barat untuk melakukan kunjungan kemanusiaan ke Wisma Sahabat Baru yang berada di bilangan Duri Kepa, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2022).
“Sahabat Baru”sendiri merupakan sebuah wisma yang didirikan pada tahun 1992 dan diperuntukan bagi kaum miskin, yang sakit dan terlantar. Kini dihuni sekitar delapan belas orang yang semuanya lanjut usia (Lansia).
DPC Peradi Jakarta Barat menyadari bahwa membantu masyarakat yang miskin dan telantar juga merupakan sasaran pengabdian mereka. Bukan hanya berupa pembelaan hukum dalam ruang pengadilan, tetapi juga harus ada kegiatan nyata lain yang dapat dirasakan, dinikmati oleh masyarakat.
Karena itu, di tengah-tengah kesibukan, rekan-rekan advokat sekaligus pengurus DPC PERADI SAI, Jakarta Barat, memberikan perhatian atau kepeduliannya dengan membantu berupa sembako, kebutuhan mandi, cuci, serta dana cash kepada para lansia.
Selain para anggota, hadir dalam kegiatan peduli kasih bersama opa-oma di Wisma Sahabat Baru itu antara lain, Stefanus Gunawan, S.H.,M.Hum (Ketua Umum DPC PERADI SAI, Jakarta Barat), Lenawati Haryanto, S.H., S.E. M.H. (Sekretaris), Suherman Mihardia,S.H.,M.H. (Bendahara), Nico Senjaya, S.H.,M.H. (Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan), Darius Leka, S.H.,M.H. (Ketua Bidang Komite Pembelaan Profesi Advokat).
Suster Tini, salah satu perawat mengucapkan terima kasih kepada pengurus dan anggota DPC PERADI SAI, Jakarta Barat yang telah memberikan perhatiannya kepada opa-oma yang menghuni Wisma Sahabat Baru.
“Kami atas nama pengurus Wisma Sahabat Baru mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh DPC PERADI SAI, Jakarta Barat dalam memenuhi kebutuhan kedelapan belas opa-oma dengan rentang usia paling muda 45 tahun dan paling tua 92 tahun. Semoga bermanfat dan menjadi berkat,” ucapnya.
Semua penghuni Wisma Sahabat Baru adalah opa-oma dari kelompok usia rentan dan banyak mengalami banyak keterbatasan. Mereka datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
“Selain tidak memiliki keluarga namun ada juga yang sengaja menitipkan ke panti termasuk karena ada yang sakit karena tidak ada yang mengurusnya. Apabila sembuh ada keluarga yang datang menjemputnya lagi. Namun ada juga yang sudah sembilan tahun kami rawat karena sakit,” tambahnya.
Sebagai orangtua sendiri
Nico Senjaya, S.H.,M.H. yang menginiasi dan menjadi salah satu donatur kegiatan tersebut mengatakan bahwa perwujudan kasih yang nyata di masyarakat hendaknya dapat diberikan kepada siapa saja. Termausuk kepada para opa-oma yang selayaknya diperlakukan sebagai layaknya orangtua kita sendiri.
“Rasa kasih sayang yang ada dalam diri kita hendaknya dapat kita bagikan kepada opa-oma yang terpaksa terpisah atau tidak memiliki keluarga. Mereka juga kita anggap sebagai bagian dari orangtua kita untuk diberikan perhatian,” kata Nico.
Dalam kesempatan yang sama, rekan Nico, Stefanus Gunwan, S.H.,M.Hum mengatakan daripada kita lihat para advokat berdebat lebih baik kita melakukan kegiatan kemanusiaan yang berdampak baik bagi masyarakat yaitu menghibur, mengunjungi opa-oma sebagaimana melayani dan mengasihi orangtua kita sendiri.
“Saya senang melayani orangtua. Makanya di tengah kesibukan yang ada, saya selalu menyempatkan diri untuk berbagi kasih dengan sesama yakni para opa-oma yang jauh atau terpisah dengan sanak saudaranya, ketimbang kita saksikan mereka (advokat) yang berdebat,” katanya.
Lebih lanjut pria murah senyum yang kaya pengalaman sebagai advokat sejak tahun 1993 ini mengatakan bahwa selama dia mengajar Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) kepada calon advokat, ia selalu menekankan bagaimana menolong, menghormati, menghargai dan merawat orangtua.
Apalagi saat mereka masih hidup. Karena hanya dengan cara demikian para calon advokat belajar bagaimana untuk selalu peduli dengan sesama yang lemah dan tak berdaya. Dengan cara demikian tentu akan tulus di saat membantu menyelesaikan kasus atau masalah dari kliennya.
Soal pasal-pasal atau yang lainnya, Stefanus mempersilahkan para pengacara untuk membaca atau mencari tahu sendiri. Tapi soal komitmen melayani, itu merupakan buah komitmen yang didorong oleh motivasi yang murni.
“Karena saya sangat peduli dan senang dengan orangtua. Oleh karena itu bila hari ini kita mengunjungi opa-oma sama halnya kita melayani, mengasihi dan mengunjungi orangtua kita sendiri. Orang yang peduli dan menghormati orangtuanya, pasti apa yang dia kerjakan pasti diberkati Tuhan,” yakinnya. (Del)