Pada suatu ketika, berkatalah Yesus kepada murid-muridNya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16: 1-9).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini Sang Kristus ingin menjelaskan bagaimana seharusnya “anak-anak terang” itu hidup, bagaimana murid-muridNya (kita) hidup, terutama dalam penggunaan “mamon” (harta duniawi, harta kekayaan dan uang) yang dimiliki.
“Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.“ (Lukas 16: 8-9).
Diingatkan Yesus bahwa jikalau anak-anak terang itu (kita) “mengikat persahabatan dengan mamon” atau memiliki “mammon, harta, uang” maka haruslah itu digunakan dengan “cerdik”. Artinya anak-anak terang (kita) harus mempergunakan “mamon”, harta benda dan kekayaan, uangnya itu untuk kebaikan dan kemuliaan Tuhan dan sesama.
Anak-anak dunia berfokus pada harta duniawi semata (mamon), sedangkan anak-anak terang dengan kecerdikannya dalam mempergunakan mamon tetap berfokus pada perkara surgawi. Karena Mamon itu dari dirinya sendiri tak dapat kita bawa pada saat kematian. Karena itu mamon itu harus kita wujudkan dalam perbuatan cinta kasih sebagai ekspresi iman kita. Maka perbuatan yang kita lakukan dengan menggunakan Mamon itu akan diperhitungkan oleh Tuhan.
Jadi anak-anak terang (kita) menggunakan Mamon untuk saling mengasihi satu sama lain, untuk berbagi kasih. Selamat mempergunakan Mamon dengan cerdik! Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang “cerdik” dalam mempergunakan Mamon. Amin.