JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—PARA suster Kongregasi Fransiskan Misionaris Maria (FMM) menggelar perhelatan besar pada Minggu (14/5/2023) yang lalu. Bertempat di Auditorium Regina Pacis Jakarta, digelar Perayaan Ekaristi dalam rangka 90 tahun FMM di Indonesia. Sekaligus pengikraran Kaul Kekal, peringatan ke 60, 40 dan 25 tahun hidup membiara dalam tarekat FMM.
Ditemani Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, Pater Daniel Y. Dede Kurniadi, OFM dan Pater Cosmas Mallisa, CICM, Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Kardinal Ignatius Suharyo memimpin Kaul Kekal dua suster FMM yaitu suster Yasintha Geli Meo dan suster Elisabeth Jayanti Wahyu Kristiana.
Adapun yang memperingati 60 tahun hidup membiara adalah suster Theresia Suradila, suster Mariati Maria Leonie Surya dan suster Godeliva Sri Sujati. Ada lima suster merayakan 40 tahun hidup membiara yaitu suster Maria Theresia Goru, suster Maria Margaretha Miman, suster Yosephine Nanik Waryani, suster Maria Jovita Sulaiman dan suster E.M. Cecilia Hartati. Sementara yang merayakan 25 tahun hidup membiara adalah suster Maria Magdalena Woli, suster Elisabeth Indah Koeswardani, suster Maria Mathildis Ogur dan suster Adelheit Remuk.
Martir putih
Terkait kaul kekal, Kardinal Suharyo menegaskan bahwa ketiga kaul – kemiskinan, ketaatan, keperawanan – merupakan jalan yang ditempuh supaya hidup bersama dalam persaudaraan di komunitas dapat terus dirawat dan dikembangkan.
“Itu mungkin alasan mengapa dalam acara pengikraran profesi kekal, janji untuk hidup bersama dalam satu komunitas persaudaraan diucapkan lebih dahulu, sebelum janji untuk melaksanakan ketiga kaul tersebut. Jadi ketiga kaul tersebut merupakan jalan untuk membangun komunitas,” katanya.
Dalam kotbahnya, Kardinal juga mengapresiasi kesetiaan para suster yang sudah 60, 40 dan 25 tahun melayani Kristus melalui tugas-tugas misioner yang dipercayakan kepada mereka.
Wafat dan kemudian kebangkitan Yesus, kata Kardinal, mengumpulkan kembali murid-muridNya yang sebelumnya tercerai-berai untuk menjadi komunitas yang bertugas mewartakan Kristus.
“Para suster adalah martir-martir putih yang melalui pelayanan mereka, berusaha menjadi martir demi komunitas yang dibangun bersama,” kata Kardinal sembari menambahkan, selain martir merah yang menyerahkan nyawanya demi pertumbuhan komunitas umat beriman, juga ada martir putih yang melayani komunitas beriman, tanpa harus mengorbankan nyawa.
Sementara Uskup Paskalis Bruno Syukur meminta para anggota kongregasi FMM untuk terus menggelorakan semangat misioner yang menjadi ciri panggilan mereka.
“FMM lahir dari misi, hidup untuk misi dan pergi untuk misi. Semangat yang telah ditabur sejak 1930 di Rangkas Bitung semoga tetap hidup di hati kalian. Apalagi itu menjadi identitas tarekat ini, Fransiskan Misionaris Maria. Kalau dulu ada saudari dari luar negeri yang jadi misionaris di sini, sekarang dari Indonesia akan diutus ke mana-mana,” kata Uskup Keuskupan Bogor ini.
Sesuai dengan semangat pendiri, baik pendiri Ordo Fransiskan maupun FMM, ia mengajak para anggota FMM untuk tetap setia pada gereja Katolik.
Bibit mangrove dan burung
Perayaan 90 tahun FMM di Indonesia sudah dimulai sejak bulan Januari 2023. Seperti dituturkan Pemimpin Provinsi FMM Indonesia Suster Bernadeta Budi Juliati FMM, perayaan dibuka dengan open house pada 6 Januari 2023 yang digelar serentak di sepuluh komunitas FMM yang menyebar di seluruh Indonesia.

“Karena FMM sedikit maka kurang dikenal. Maka kita lakukan acara open house dan mengundang keluarga, kenalan dan umat untuk mengenal lebih dalam tentang FMM,” katanya di sela-sela acara.
Selain kegiatan rohani, digelar juga penanaman 990 bibit mangrove di Kawasan Elang Laut, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin (17/4/2023) yang lalu. Kegiatan yang berwawasan ekologis dan bertujuan memelihara ekosistem tersebut dilakukan para suster FMM bekerjasama dengan para frater OFM dan aparat Pemprov DKI.

“Selain untuk memelihara lingkungan, penanaman mangrove juga merupakan dukungan kita terhadap program Pemprov DKI dalam rangka pemeliharaan lingkungan hidup dan ekosistem,” katanya. Selain pohon mangrove, FMM juga melakukan pelepasan terhadap ratusan burung yang telah ditangkar dan dilepas bebas di alam sekitar. (Paul MG)