Paus Fransiskus di Hiroshima: Jangan Ada Perang Lagi!

HIROSHIMA,JEPANG,KITAKATOLIK.COM—Paus Fransiskus berdoa bagi perdamaian di tempat jatuhnya bom atom di Hiroshima. Dia meminta dunia untuk mengakhiri perang dan penggunaan senjata nuklir.

 “Bagaimana kita mengupayakan perdamaian kalau kita terus-menerus menyebut ancaman perang nuklir sebagai jalan sah menuju penyelesaian konflik?” kata Paus di Taman Perdamaian Hiroshima, Jepang, Minggu (24/11/2019).

“Semoga jurang kepedihan yang dialami di sini mengingatkan kita akan batasan yang tidak boleh dilintasi. Kedamaian sejati hanya bisa menjadi kedamaian tanpa senjata,” kata Paus Fransiskus.

Pada 6 Agustus 1945, Angkatan Bersenjata Amerika menjatuhkan bom atom uranium yang dijuluki “Bocah Kecil” di Hiroshima, Jepang, dan menewaskan sekitar 80.000 orang secara instan. Lebih dari 90 % bangunan Hiroshima hancur oleh ledakan. Pada akhir 1945, angka kematian meningkat menjadi 140.000 dengan orang-orang yang mengalami pendarahan usus dan leukemia akibat  radiasi dan residu yang mengikutinya.

“Jangan pernah ada lagi perang, jangan lagi ada  bentrokan senjata, jangan lagi ada penderitaan akibat perang,” kata Paus. “Jika kita benar-benar ingin membangun masyarakat yang lebih adil dan aman, kita harus membiarkan senjata jatuh dari tangan kita,” tambahnya.

Mengutip Gaudium et Spes, yang menyatakan bahwa perdamaian bukan hanya tidak ada perang … tetapi harus dibangun tanpa henti, Paus  menambahkan bahwa perdamaian merupakan buah dari keadilan, pembangunan, solidaritas, kepedulian terhadap rumah kita bersama, dan promosi kebaikan bersama.

“Saya yakin bahwa perdamaian tidak akan lebih dari kata-kata kosong kecuali jika itu didasarkan pada kebenaran, dibangun dalam keadilan, dijiwai dan disempurnakan oleh amal, dan dicapai dalam kebebasan,” katanya.

Dalam waktu satu minggu setelah pemboman Nagasaki dan Hiroshima, Jepang mengumumkan penyerahan diri tanpa syarat yang menyebabkan Perang Dunia II berakhir pada 15 Agustus 1945.

Peace Memorial Park, yang terletak di pusat ledakan atom, dibuka sepuluh tahun setelah pengeboman. Parlemen Jepang menyebut Hiroshima sebagai “kota perdamaian” pada tahun 1949.

“Saya merasa berkewajiban untuk datang ke sini sebagai peziarah perdamaian, untuk berdiri dalam doa sunyi, untuk mengingat para korban yang tidak bersalah dari kekerasan tersebut, dan untuk menanggung dalam hati saya doa dan kerinduan para pria dan wanita di zaman kita, terutama anak muda, yang merindukan perdamaian, yang bekerja untuk perdamaian dan yang mengorbankan diri untuk perdamaian,” kata Paus Franciskus.

“Dengan keyakinan mendalam, saya ingin sekali lagi menyatakan bahwa penggunaan energi atom untuk tujuan perang adalah kejahatan, tidak hanya terhadap martabat manusia tetapi juga terhadap kemungkinan masa depan rumah kita bersama,” katanya.

Dua puluh orang yang selamat dari pemboman Hiroshima menghadiri upacara tersebut. Di antara mereka adalah Kojí Hosokawa, yang berjarak kurang dari satu mil dari pusat pemboman dan satu-satunya yang selamat di gedungnya. Dia sekarang berusia 91 tahun.

“Meskipun ada sedikit waktu tersisa untukku, aku percaya bahwa menyampaikan pengalaman Hiroshima kepada
generasi berikutnya adalah misi terakhir yang ditugaskan kepada kita yang selamat dari bom atom,” kata Koji saat berbagi dalam pertemuan perdamaian bersama Paus. (Admin/CNA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *