Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat. (Yohanes 6:52-59).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
SUDAHKAH kita mengalami “hidup baru” di atas saat membuka mata pertama hari ini sampai sebentar menjelang tutup mata tidur malam? Dan begitu hendaknya setiap hari? Itulah yang dikejar dalam hidup ini, entah kita kaya atau miskin, hidup beruntung atau kurang beruntung, sebagai apa saja kita “di sini-saat ini”.
Itu yang menjadi fokus: Mencari menemukan dan menikmati hidup baru yang bahagia, penuh sukacita, kegembiraan, dan kedamaian. Kalau itu tidak tercapai, kita gagal untuk dan dalam hidup hari ini.
Hidup kita berkembang dan dinamis. Ada naik-turun, up-down, pasang surut. Silih berganti, bagaikan roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Coba ingat-ingat! Mungkin lebih banyak turun atau jatuh, down, surut, di bawah dalam roda hidup ini.
Banyak orang kudus (misalnya Fransiskus, Agustinus dan Paulus dalam bacaan pertama hari ini: Kisah Para Rasul 9:1-20), yang semula “hidupnya kurang baik” (down) tetapi akhirnya ditangkap Kristus menjadi org baik, orang kudus, Alat Tuhan untuk mewartakan Kabar Gembira, Sukacita. Paulus (kita) yang tadinya “hidup kurang baik dan kurang beruntung” karena mengejar dan menangkap bahkan membunuh orang yang percaya kepada Kristus justru ditangkap oleh Kristus dan menjadi alat di tangan Tuhan untuk menghadirkan hidup yang bahagia, damai, penuh sukacita dan kegembiraan.
Jalur yang harus ditempuh adalah pertobatan dan berusaha menikmati “hidup baru” dalam dan bersama Tuhan Yesus. “Sebab dagingKu benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman (bukan hoaks). Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia – juga bukan hoaks (Yohanes 6:55-56).
Di sini kita “baku gendong, saling gendong”. Digendong dan menggendong Tuhan Yesus. Sejauh kita digendong dan menggendong Tuhan Yesus, sejauh itu hidup ini terasa indah, bahagia, penuh kedamaian, sukacita dan kegembiraan, biarpun hidup kita sering mengalami “down” dalam segala bentuk.
Karena itu, bertobatlah selalu setiap saat, menit, jam, hari, setiap minggu sehingga hidup kita bisa kembali ke “top/up” (bahagia), besok down lagi, lalu bertobat lagi, jangan tinggal di bagian “down” terus. Itu yang buat tidak bahagia.
Selamat menggendong dan digendong Tuhan Yesus, dengan menyantap Tubuh dan DarahNya setiap hari (fakultatip) dan wajib pada hari Minggu dan hari-hari raya yang disamakan dengan hari Minggu (Perintah Tuhan: Kuduskanlah Hari Tuhan!). Selamat bertobat dan menikmati hidup baru yang bahagia dan penuh sukacita dan kegembiraan dalam dan bersama Kristus.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu “bertobat” dan menikmati “hidup baru” dalam dan bersama Kristus. Amin.