Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. (Lukas 8: 1-3).
Oleh: John Tanggul, Paroki Wangkung, Keusukupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini, kita mendengar Yesus berkeliling dari kota ke kota, dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Bersama Dia, ada keduabelas muridNya dan juga beberapa orang perempuan, yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan dari berbagai penyakit. Para perempuan itu melayani Yesus dan rombonganNya dengan kekayaan mereka. Mereka “melayani” sebagai tanda syukur atas rahmat, kebaikan yang telah mereka terima dan nikmati.
Banyak perempuan, banyak orang (kita) dengan aneka latarbelakang menjadi pelayan Tuhan, melayani Tuhan dan orang lain terdorong oleh rasa syukur yang telah diperolehnya dari Tuhan sendiri (pengampunan, penyembuhan/kesembuhan oleh Tuhan menurut bahasa Injil hari ini).
Rasa syukur adalah kekuatan dasyat dalam diri manusia (di mana dan dalam keadaan apa saja). Orang yang tahu bersyukur mempunyai daya tahan tinggi terhadap penderitaan, kesulitan dan persoalan hidup. Mempunyai kekuatan mengatasi rasa malu, “cercaan” dari mana-mana. Mempunyai kesetiaan dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Mempunyai kerelaan untuk berkorban bahkan “dengan menggunakan kekayaan mereka sendiri” (Lukas 8:3).
Lebih dari itu, rasa syukur menjadikan mata hati kita selalu “melihat dan menangkap” kehadiran dan campur tangan Tuhan setiap saat dan di mana saja dalam pelayanan dan peristiwa hidup kita.
Rasa syukur yang mendalam mengubah hati “yang egoistis” menjad penuh cinta; bentuk nyata iman akan kebangkitan atau kehidupan. Di mana ada rasa syukur, di sana ada “kebangkitan dan kehidupan”, sukacita, kegembiraan, kedamaian, kebahagiaan. Keputusasaan diubah menjadi kekuatan yang berpengharapan; keraguan menjadi kepastian; ketakutan menjadi keberanian; egoisme menjadi kerelaan berbagi dan berkorban; duka menjadi suka; dan lain-lain semacam itu.
Kita bersyukur, bersyukur dan bersyukur selalu untuk semuanya. Tiada saat, menit, jam, hari tanpa bersyukur. Tiada Minggu tanpa bersyukur; Dan bagi kita yang Kristen Katolik Misa Harian (vakultatip) dan misa hari Minggu (wajib) adalah kesempatan emas untuk bersyukur atas segala rahmat yang pasti sudah diterima selama seminggu yang lalu, dan mohon rahmat baru untuk seminggu ke depannya. Rasa syukur mesti diwujudnyatakan dengan melayani Tuhan dan orang lain.
Semoga dengan bantuan doa Santo Kornelius dan Santo Siprianus, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu bersyukur untuk semuanya dengan melayani Tuhan dan orang lain. Amin.