Renungan Kamis, 11 Agustus 2022: Maafkan dan Ampunilah Selalu Orang yang Menyakitimu

Sekali peristiwa, datanglah Petrus kepada Yesus dan berkata: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?  Sampai tujuh kali?”

Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama  seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan  dengan hamba-hambanya.Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.

Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan  hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual  beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia,  katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.

Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”  (Matius 18: 21-19:1).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.  

HARI ini Tuhan Yesus berbicara tentang pengampunan dari Allah terhadap manusia dan pengampunan dari kita terhadap orang lain yang bersalah kepada kita.  Yesus mengajak kita untuk selalu mengampuni, memaafkan orang  lain.

Berapa kali? Bukan hanya sekali, dua kali atau tujuh kali, melainkan tanpa batas, sepanjang hayat dikandung badan. Kata Yesus: “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai 70×7 kali” (Mat. 18:22).  Maksudnya kita mengampuni atau memaafkan satu orang yang bersalah kepada  kita terus menerus tanpa berhenti. Itulah kasih, kerahiman dan kebaikan serta pengampunan dari Allah bagi manusia.

Dunia dan kehidupan kita kadang-kadang bahkan sering “kejam”; tidak ada pengampunan atau pemaafan dalam kehidupan bersama. Orang saling menghakimi dan membenci, iri hati, dendam  satu sama lain.

Mungkin kita juga  demikian. Keadaan ini membuat hidup kita “terganggu”, tidak aman, tidak tenteram, tidak gembira, tidak bahagia; membuat sakit hati, stress, dan lain-lain semacam itu. Hidup tidak dapat dinikmati lagi dengan baik.

Sebagai murid Yesus, kita  diajak untuk tidak  menghakimi dan membenci orang lain. Tidak boleh ada “kata-kata dendam atau benci” dalam “kamus” hati, hidup dan pikiran kita sebagai  orang Kristiani.

Kita perlu melakukan “revolusi hati”, perubahan atau pencerahan hati dan sikap yaitu memberi dan menonjolkan kasih sayang, kebaikan, kerahiman dan pengampunan atau pemaafan terhadap orang lain yang bersalah kepada kita.  Mengasihi dan mengampuni dan memaafkan orang yang membuat kita sakit hati. Tidak mudah memang. Tapi kalau  dipraktekkan, sungguh melegakan, menenangkan, menenteramkan hati kita yang disakiti hatinya. Yesus sudah  mengajarkan ini dalam doa Bapa Kami: “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.”

Kita diajak untuk mengasihi tanpa batas. Berbuat kasih dan kebaikan tanpa henti dan tanpa batas. Mengampuni dan memaafkan tanpa batas dan terus menerus.

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  yang selalu mengasihi dan mengampuni orang lain tanpa batas. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *