Renungan Kamis, 23 November 2023: Apa yang Perlu Untuk Damai Sejahteramu? (Lukas 19: 41-44)

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,  kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau   dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu   dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain,  karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat  engkau.” (Lukas 19: 41-44).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

KEPEDULIAN          dan pemberian diri sekecil  apapun memberikan kebahagiaan untuk orang lain.  Semangat berbagi dan peduli bukanlah  tindakan yang diberikan karena kelebihan yang ada pada kitam tetapi dalam segala kekurangan atau keterbatasan dan kesederhanaan hidup, kita dapat memberikan “sesuatu” (kebahagiaan, perhatian, kebaikan, solusi; tidak mesti uang/materi) kepada orang lain yang lebih membutuhkan dan lebih berkekurangan dari kita.

Yesus mengajarkan sikap dan semangat “berkorban”, sikap kepedulian yang lahir dari ketulusan dan kesederhanaan untuk  mau memberi dan berbagi dan berbela rasa. Mau berkorban untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain.  Berkorban untuk memberi yang dan terindah untuk orang lain. Mau Peduli dan berkorban untuk “damai sejahtera kita”.

Ketika Yesus telah dekat Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya dan berkata: “Wahai, betapa baiknya jika  hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! (Lukas  19:41). Apa yg perlu untuk damai  sejahtera kita? Pengorbanan, kepedulian dan pemberian diri kepada  Tuhan dan orang lain.

Dalam situasi masyarakat dewasa ini, sikap dan semangat mau berbagi dan peduli dengan orang lain hendaknya menjadi sikap dan semangat yang mesti dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap demikian hendaknya lahir dari sikap beriman dan setia kepada Yesus, Anak Domba Allah, yang telah “berkorban” untuk kita, telah  menyucikan kita dengan darahNya yang kudus. Karena itu, segala kelekatan dan cinta diri dienyahkan agar dapat memperoleh “hidup baru” sebagai pengikut yang telah ditebus oleh Yesus Kristus.

Selamat berkorban. Selamat peduli dengan Tuhan dan sesama. Selamat berbagi dengan sesama! Selamat beri diri bagi Tuhan dan sesama.

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang peduli dan beri diri bagi Tuhan dan sesama. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *