Renungan Minggu, 28 Agustus 2022: Yang Memiliki Kerendahan Hati Pasti Disayangi Tuhan dan Orang Lain

Pada suatu hari Sabat, Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat   kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:  “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,  supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.   Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.  Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan   dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”  (Luk.14:1.7-11)

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

DUNIA mengukur baik buruknya hidup, kehormatan, kehebatan seseorang dengan  melihat berapa banyak yang bisa dikumpulkan: harta milik, rumah, tanah, kendaraan, uang, berbagai jenis kekayaan, pangkat, jabatan, status, dan lain-lain untuk diri sendiri.

Kristus mengukur dan melihat yang sebaliknya: berapa banyak yang  bisa diberikan, dilepaskan, dibagikan dari  yang  “dimiliki” demi Tuhan dan hidup orang banyak.

Jika seseorang ingin mencari tempat yang terhormat menurut ukuran Kristus maka kita  justeru harus memilih “jalan rendah hati. Kita memposisikan diri sebagai orang yang memiliki semangat, sikap, kebiasaan, spiritualitas hidup yang rendah hati. Seorang yang rendah hati memposisikan “yang lain” (Tuhan dan orang lain) lebih utama, lebih terhormat daripada diri sendiri. Memberi tempat terhormat untuk yang lain. Mengutamakan yang lain. Melayani yang lain, bukan dilayani. Memberi yang terbaik dan terindah untuk yang lain. Membahagiakan yang lain. Ini sikap rendah hati yang ditawarkan Yesus kepada kita.

Hadiah istimewa akan kita terima sebagai “bonus sikap rendah hati”: dihormati, ditinggikan, merasa bahagia. Tuhan sebagai tuan rumah akan mendatangi kita dan menyebut kita  sebagai sahabat istimewaNya yang harus duduk di barisan terdepan. Kita yang rendah hati akan disayangi Tuhan dan orang lain.

“Apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang kepadamu dan berkata: Sahabat, silahkan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain” kata Yesus dalam perumpamaan Injil hari ini (Luk.14:10).

Bunda Maria adalah tokoh teladan bagi kita dalam sikap dan semangat dan “jalan” rendah hati. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”.

Selamat menjadi orang yang rendah hati dengan melayani. Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu menjadi orang yang rendah hati di hadapan Tuhan dan orang lain. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *