Renungan Sabtu, 27 Agustus 2022: Talenta Harus Dikembangkan Terus-Menerus, Tak Boleh Berhenti

“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian  ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.  

Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,   lalu ia berangkat.  Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.  Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.  Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.  

Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.  Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara  kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.  Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.  

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara  yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.  Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.  Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!  

Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?  Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.  Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.

Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.  Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”(Matius 25: 14-30)

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

“Hal Kerajaan Surga itu sama seperti seorang yang  mau bepergian ke luar negeri, yang  memanggil hamba-hambanya (kita) dan mempercayakan hartanya kepada  mereka. Yang seorang diberikannya 5 talenta, yang seorang lagi 2, dan yang seorang lain lagi1, masing-masing menurut kesanggupannya masing-masing, lalu ia berangkat” (Mat. 25:14-15).

Apa pesan dan makna dari perumpamaan tentang talenta tersebut bagi kita?  Pertama, Allah yang kita  imani sudah (sedang, akan) memberikan kehidupan, anugerah, rahmat, berkat, kemampuan, bakat, talenta kepada manusia (kita). Pas-pasan  diberikan, tidak berlebihan (5,2,1). Tidak ada yang tidak diberikan.

Semuanya diberikan untuk  kebahagiaan  kita. Semua dapat, entah berapa, tapi yang  diberikan itu sudah cukup untuk  membahagiakan hidupnya. Yang dipentingkan di sini adalah “semangat lebih”-nya, bagaimana  usaha dari pihak kita untuk  mengembangkan atau melabakan talenta yang berbeda-beda  tapi sudah lengkap itu, dengan  berjuang keras untuk  sekurang-kurangnya  2x lipat hasinya: 5 jadi 10; 2 jadi 4; 1 jadi 2. Tuhan tidak menuntut dari kita kemampuan yang tidak ada pada kita.  Tuhan tidak tuntu yang  1 jadi 4 atau 10; 1 yah dituntut 1 lagi menjadi 2.

Kedua, talenta harus dikembangkan, dilabakan, dibungakan. Pengembangannya terus menerus, tidak pernah boleh berhenti. Pasti mendapat ganjaran positip bagi yang berjuang melabakannya, malah masih diberikan tanggungjawab yang lebih besar lagi kepada kita yang sudah melabakannya.

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang  baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab dalam perkara yang  besar. Masuklah ke dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat.25:21).

Ketiga, kesalahan hamba ke tiga (mungkin kita) adalah tidak mengembangkan talentanya yang satu dan yang sudah lengkap itu. Kita mungkin mau yang 2, atau 5. Tapi ingat, itu orang  lain punya dan sudah lengkap untuk dia. Kita punya sendiri yang 1 yang sudah  pas dan lengkap  untuk kita yang kalau  dikembangkan mendatangkan sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan hidup.

Keempat, orang yang sudah, sedang,  akan mengembangkan talenta yang 5,2, atau 1 itu akan menjadi semakin maju dan bahagia dalam kehidupan. Sedangkan orang yang tidak mengembangkan talenta yang 5,2,1 itu, pelan-pelan  tapi pasti akan kehilangan talenta atau kemampuan itu sehingga  tidak mendatangkan sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan hidup. “Bangkrut” sukacita, kegembiraan dan kebahagiaan hidupnya.

Maka bersyukurlah setiap saat kepada  Tuhan yang telah memberikan talenta yang sangat pas dan lengkap untuk kita! Kembangkanlah semaksimal mungkin! Nikmatilah hasil jerih payah kita yang sudah pas dan lengkap itu dengan gembira hati

Semoga dengan bantuan doa Santa  Monika, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati  kita  yang telah, sedang, dan akan menerima, mengembangkan talenta yang sudah  lengkap dan pas yang ada pada kita.  Amin.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *