Sekali peristiwa, orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” (Matius 12: 14-21).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
“BULUH yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukumNya (hukum cintakasih) menang” (Matius 12:20).
Itu adalah sikap dan semangat Yesus ketika Ia hadir dan berkarya dan tinggal di antara kita dan melakukan begitu banyak perbuatan baik dan mukjizat, selalu berbuat/berbagi kasih dan menyalurkan rahmat dan berkat bagi orang lain sampai “saat ini-di sini”.
Kita juga dipanggil dan diutus oleh Yesus untuk menerima, menghayati dan mengamalkan sikap dan semangat yang sama.
Kehadiran kita hendaknya mendatangkan sukacita, kegembiraan bagi orang lain. Memberikan “pencerahan”, kekuatan dan peneguhan bagi mereka yang putus asa. Membangkitkan harapan dan semangat hidup bagi orang lain yang sedih, letih lesu, dan berbeban berat.
Di sekitar kita, ada banyak orang yang mengalami situasi dan kondisi hidup seperti “buluh” yang pecah, patah, terkulai dan hidup seperti “sumbu lampu” yang pudar dan berkedip-kedip. Sebut misalnya mengalami penderitaan, kemiskinan, kemelaratan. Mengalami sakit, kesulitan dan berbagai persoalan hidup yang semuanya membutuhkan dan mengharapkan bantuan, pertolongan, uluran tangan dan perhatian.
Mereka perlu dibantu (tidak mesti dalam bentuk materi, uang, tetapi terutama perhatian, nasihat, beri solusi, pencerahan dan bantuan doa) bukan hanya supaya mereka bisa keluar dari penderitaan dan kemelaratannya, melainkan juga agar mereka bisa melihat dan merasakan kebesaran kuasa kasih, kebaikan dan perhatian Tuhan Allah dalam diri dan hidup mereka.
Kata-kata bijak mengatan: “Hati yang tulus memberi, tak akan gelisah jika tak ada yang membalas jasanya. Hati yang tulus memberi, tak akan bersedih jika niat baiknya justru dianggap buruk oleh orang lain”.
Inilah mukjizat yang lahir dari ketulusan untuk berbagi kasih, mengulurkan tangan dan perhatian bagi orang lain. Dan ini diminta oleh Yesus untuk dijalankan “here and now” sampai hukum cinta kasih (terhadap Tuhan dan sesama) harus menang.
Selamat berbagi kasih dan kebaikan. Selamat mengulurkan tangan dan perhatian bagi orang lain. Selamat menjadi berkat bagi orang lain. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang dengan tulus hati berbagi kasih dan menyalurkan berkat bagi orang lain. Amin.