Renungan Sabtu, 29 Juli 2023: Di Tengah Kehidupan Duniawi Ini, Milikilah Waktu untuk Duduk di Bawah Kaki Tuhan! (Lukas 10: 38-42)

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta   menerima Dia di rumahnya.  Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.   

Maria ini duduk dekat kaki   Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli,   bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” 

Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir   dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,  tetapi hanya satu saja yang perlu:   Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10: 38-42).

Oleh: Romo John Tanggul,  Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.  

DALAM bacaan tadi, kita dengar bahwa Marta menerima Yesus dalam rumahnya. Marta sibuk melayani, sementara Maria, saudaranya, “duduk dekat kaki Tuhan” dan “terus mendengarkan perkataanNya”.

Kata Marta: “Tuhan,  tidakkah Engkau peduli bahwa Maria membiarkan aku melayani seorang diri?” Jawab Yesus: “Marta, Marta,  engkau kuatir dan menyusahkan diri  dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik,  yang tidak akan diambil dari padanya!” (Lukas 10:38-42).

Maria  telah memilih bagian yang terbaik,  yang tidak akan diambil dari padanya,  (dan yang tidak ada pada Marta – mungkin juga tidak pada kita)  yaitu ada waktu dan tempat yang tepat untuk duduk dekat kaki Tuhan, mendengarkan suara, rencana dan kehendakNya.

Maria dan Marta sibuk “melayani”, tapi fokus waktu dan tempat berbeda.  Marta sibuk melayani untuk kebutuhan jasmani (kerja,  labora) sedangkan Maria sibuk melayani untuk  kebutuhan rohani (berdoa,  ora).  Inti kesibukan sama yaitu melayani.

Yesus mengajar dan mengajak kita  untuk beri porsi waktu dan tempat  yang tepat/pas untuk  kesibukan pelayanan kita (kerja dan usaha/karya kita). Ada waktu dan tempat untuk  berdoa,  ada waktu dan tempat untuk  bekerja. Ora et labora:  ada waktu dan tempatnya. Mesti seimbang antara berdoa dan bekerja.  Jangan  hanya berdoa,  berdoa dan terus berdoa saja, dan tidak bekerja!  Atau jangan hanya bekerja,  bekerja, dan terus bekerja saja,  tapi tidak berdoa.

Untuk kita yang  katolik: Hari Minggu atau Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu adalah Hari wajib untuk mengikuti Ibadat/Misa di gereja, kapel,  atau tempat ibadat darurat yang disepakati bersama utk ibadat/misa karena tidak  ada gedung gereja/kapel permanen. Di sini kita  mengambil peran Maria: duduk dekat kaki Tuhan,  berdoa,  ora!

Senin-Sabtu wajib bekerja sesuai dengan  tugas dan pekerjaan masing-masing. Marta dipersalahkan karena hanya kerja,  kerja dan kerja,  “hari minggu” pun dia (kita) sibuk bekerja, tidak berdoa. Bunda Maria juga selalu “menyimpan banyak perkara dalam hatinya dan merenungkannya”. Ia selalu berdoa berhadapan dengan banyak perkara. Selamat Ora et labora!

Semoga dengan bantuan doa Santa Marta, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  yang selalu beri waktu dan tempat yang tepat dan seimbang untuk duduk di bawah kaki Tuhan di tengah kesibukan duniawi ini. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *