Renungan Sabtu, 9 September 2023: Apapun Keadaannya, Jangan Pernah Berhenti Berbuat Baik! (Lukas 6: 1-5)

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya,   sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. 

Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”  Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,  bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan   kecuali oleh imam-imam?”  Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia   adalah Tuhan atas hari Sabat.” (Lukas 6: 1-5).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.  

YESUS  sebagai Anak Allah adalah Tuhan atas hari Sabat. Dalam dan untuk Tuhan tidak ada waktu yang terbagi-bagi, hanya ada kekekalan.  Karya agung Tuhan pun  tidak dibatasi waktu (tempat dan aturan).

Ketika orang Farisi dan para ahli Taurat melihat Yesus menyembuhkan orang sakit pada  hari Sabat atau melihat murid Yesus “berbuat sesuatu” (yang baik dan menyelamatkan nyawa)  pada hari Sabat,  Yesus menantang mereka dengan  berkata: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat,  berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” (Lukas  6:9). Atau dalam Injil hari ini Yesus berkata kepada mereka: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat!” (Lukas 6:5).

Yesus ingin menggugat pengertian mereka tentang Sabat dan aturannya. Di sini Yesus mengedepankan “sikap,  kebijaksanaan,  semangat,  tindakan pastoral”-Nya, yang hanya ada dalam hatiNya.  Hari Sabat merupakan hari beristirahat. Tetapi tidak berarti beristirahat berbuat baik dan benar dan menyelamatkan.  Beristirahat berbuat baik,  bagi Yesus adalah salah. Kita  justru “berbuat jahat”  bila kita  melewatkan kesempatan yang seharusnya berbuat baik dan menyelamatkan orang lain.

Dalam ketegangan itu, Yesus mengajarkankita bahwa tiada waktu dan tempat yang bisa membatasi kita untuk berbuat baik dan benar, untuk melakukan perbuatan baik dan benar dan menyelamatkan. Sebagaimana Allah yang adalah Tuhan dari waktu ke waktu dan dari tempat yang satu ke tempat yang lain melakukan karya agungNya melampaui batas waktu yang ditentukan manusia,  demikianlah kita anak-anakNya: Jangan berhenti melakukan kebaikan dan kebenaran dalam segala waktu dan tempat. Jangan pensiun berbuat baik dan benar dan menyelamatkan! Jangan berhenti atau beristirahat berbuat baik dan benar di sini – saat ini!

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  yang selalu rajin berbuat baik dan benar “di sini – saat ini”. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *