Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.”
Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Lukas 8: 19-21).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
MENGAPA pesan Sabda Tuhan yang dibacakan atau dijelaskan dalam Misa (Harian dan Hari Minggu) seringkali tidak sungguh-sungguh diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah perilaku atau sikap kita pada saat Sabda Tuhan dibacakan atau dijelaskan.
Apakah kita fokus dan sungguh-sungguh mendengarkan Sabda Tuhan yang dibacakan oleh lektor/lektris dan imam? Apakah kita serius dan konsen mendengarkan kotbah untuk mengambil “benang merahnya” untuk kehidupan harian? Kalau kita tidak konsern dan fokus, tentu Sabda Tuhan tidak sungguh meresap dalam hati dan kalau tidak meresap dalam hati bagaimana mungkin Sabda itu “menggerakkan” kita untuk bertindak?
Sabda Tuhan itu pada dasarnya menggerakkan kita, tetapi dituntut peran serta kita sebagai pendengar dan pelaksana Sabda Allah. Sebagai pendengar Sabda Allah, kita perlu fokus dan konsern, perlu memiliki kemauan, kehendak yang kuat serta memiliki sikap yang pantas agar Sabda Allah itu sungguh-sungguh bekerja (berdaya guna) dalam diri dan hidup kita.
Ingat, setelah membacakan Injil imam, diakon mengecup Injil, Evangeliarium sambil berkata dalam hati: “Semoga karena pewartaan Injil ini dileburkan dosa-dosa kita” atau kalau ada uskup, dia berkata: “Semoga karena pewartaan Injil ini, dosa-dosa kami dihapuskan!”
Kita perlu menyediakan telinga dan hati supaya dapat menangkap pesan Sabda Tuhan dengan baik. Kemampuan dan kehendak kuat untuk mendengarkan Sabda Tuhan itu, kemudian mewujudkannya dalam hidup sehari-hari inilah yang dijadikan ukuran oleh Yesus untuk menentukan apakah seseorang (kita) boleh disebut ibu Yesus dan saudara-saudari Yesus. “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya!” (Lukas 8:21).
Bunda Maria adalah contoh pribadi yang sungguh-sungguh mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!” kata Maria kepada malaekat pembawa berita tentang kelahiran Yesus. (Lukas 1:18). Seperti Maria, kita berusaha untuk menjadi pendengar dan pelaksana Sabda Allah yang setia.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang tekun mendengarkan, menghayati dan melaksanakan Sabda dan kehendak Allah. Amin.