Renungan Selasa, 26 September 2023: Ingin Menjadi Keluarga Yesus? Dengar dan Lakukanlah Sabda Tuhan! (Lukas 8: 19-21)

Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak.  Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu   ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” 

Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku  ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Lukas 8: 19-21).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

MENGAPA pesan Sabda Tuhan yang dibacakan atau dijelaskan dalam Misa (Harian dan Hari Minggu) seringkali tidak sungguh-sungguh  diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari? Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah perilaku atau sikap kita  pada saat Sabda Tuhan dibacakan atau dijelaskan.

Apakah kita fokus dan sungguh-sungguh mendengarkan Sabda Tuhan yang  dibacakan oleh lektor/lektris dan imam? Apakah kita  serius dan konsen mendengarkan kotbah untuk  mengambil “benang merahnya” untuk  kehidupan harian? Kalau kita  tidak konsern dan fokus,  tentu Sabda Tuhan tidak sungguh meresap dalam hati dan kalau tidak  meresap dalam hati bagaimana mungkin Sabda itu “menggerakkan” kita untuk bertindak?

Sabda Tuhan itu pada dasarnya menggerakkan kita, tetapi dituntut  peran serta kita sebagai  pendengar dan pelaksana Sabda Allah. Sebagai pendengar Sabda Allah,  kita  perlu fokus  dan konsern, perlu memiliki kemauan, kehendak yang kuat serta memiliki sikap  yang pantas agar Sabda Allah itu sungguh-sungguh bekerja  (berdaya guna) dalam diri dan hidup kita.

Ingat,  setelah membacakan Injil imam, diakon mengecup Injil, Evangeliarium sambil berkata dalam  hati: “Semoga karena pewartaan Injil ini dileburkan dosa-dosa kita” atau kalau ada uskup, dia berkata: “Semoga karena pewartaan Injil ini, dosa-dosa kami dihapuskan!”

Kita  perlu menyediakan telinga dan hati  supaya dapat menangkap pesan  Sabda Tuhan dengan baik. Kemampuan  dan kehendak kuat untuk  mendengarkan Sabda Tuhan itu, kemudian mewujudkannya dalam hidup sehari-hari inilah yang dijadikan ukuran oleh Yesus untuk  menentukan apakah seseorang (kita)  boleh disebut ibu Yesus dan saudara-saudari Yesus. “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya!” (Lukas  8:21).

Bunda Maria adalah contoh pribadi yang sungguh-sungguh  mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!” kata Maria kepada  malaekat pembawa berita tentang kelahiran Yesus. (Lukas  1:18). Seperti Maria, kita  berusaha untuk menjadi pendengar dan pelaksana Sabda Allah yang setia.

Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  sekalian  yang tekun mendengarkan, menghayati dan melaksanakan Sabda dan kehendak Allah. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *