Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.
Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”
Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Lukas 17:1-6).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini, kita mendengar beberapa nasihat yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Janganlah kita menyesatkan orang! “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang melakukannya,” kata Yesus kepada murid-muridNya (Lukas 17:1).
Tegorlah dengan penuh cinta saudaramu yang berbuat dosa/salah dan ampunilah orang yang bersalah kepada kita! “Jagalah dirimu! Jika saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia!” (Lukas 17:3).
Mohonlah iman yang kuat dan mendalam supaya tidak menyesatkan orang lain, supaya bisa menegor orang lain dengan penuh cinta dan bisa mengampuni/memaafkan orang yang bersalah kepada kita.
Banyak orang, ketika mengetahui saudara, teman atau orang lain yang jatuh ke dalam dosa, malah semakin memojokkan orang tersebut dengan ikut menjadi penyebar gosip, bahkan terkadang menambah “bumbu-bumbu” sehingga kelihatannya semakin besar. Rasa damai, gembira, sukacita, bahagia tidak ditemukan di sini. Sikap ini tentu saja bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.
Untuk memiliki sikap seperti yang Yesus inginkan (mengampuni, memaafkan, menegor) dibutuhkan iman yang kuat dan mendalam, sehingga apa yang kita lakukan sungguh-sungguh jernih tulus demi kebaikan banyak pihak.
Ada banyak peristiwa di mana teguran justru berujung pada pertengkaran bahkan perkelahian. Sebabnya mungkin karena kedua belah pihak kurang beriman. Yang ditegur tidak terbuka terhadap kritik orang lain, sementara yang mengeritik tidak memakai cara dan sikap yang tulus dan penuh cinta. Di sini seperti para rasul, kita mesti memohonkan iman yang kuat dan medalam: “Tambahkanlah iman kami!” (Lukas 17:5).
Mari lakukan nasihat-nasihat Yesus ini kepada orang-orang terdekat kita. Mulailah dari hal-hal yang kecil. Selamat mengampuni, memaafkan! Selamat memohon iman yang kuat dan mendalam. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang memiliki iman yang kuat dan mendalam untuk bisa mengampuni dan menegor orang lain. Amin.