Selamat Memasuki 2023 Bersama Bunda Maria Dengan BERANI

ADA sekurang-kurangnya dua peristiwa penting yang kita rayakan pada hari ini.  Pertama, kita memasuki tahun baru, tahun 2023. Tahun yang menurut prediksi para ahli ekonomi, akan menjadi tahun yang berat. Dunia dibayangi krisis ekonomi yang dimulai dengan krisis pangan. Perang Rusia dan Ukraina yang belum juga berhenti menambah parah krisis pangan tersebut, mengingat Ukraina merupakan pemasok terbesar kebutuhan pangan dan pupuk untuk dunia.

Tapi gambaran krisis tersebut tak boleh melemahkan semangat kita. Toh, Yesus telah lahir ke tengah kita, ke dalam hati kita.  Warta dasar Natal yaitu Imanuel atau Allah beserta kita, menjadi pemicu optimisme. Optimisme yang dipicu oleh penyertaan Allah,  tentu saja sangat kuat. Karena yang menyertai kita itu adalah Allah yang maha kuasa, yang  tak terkalahkan, termasuk oleh  krisis ekonomi. Ketika Allah yang Maha baik, Maha Kuasa dan Empunya segala menyertai jalan hidup kita, tak ada lagi alasan yang membuat kita kecut, takut atau cemas.

Maria Bunda Allah

Peristiwa kedua adalah Hari Raya Maria Bunda Allah. Predikat Maria Bunda Allah atau “Theotokos” yang artinya “yang membuat keilahian lahir” mulai dikenal dalam abad-abad pertama kekristenan dan diterima secara resmi dalam Konsili Efesus tahun 431.

Gereja menyadari bahwa rencana keselamatan Allah bagi manusia dapat terwujud karena kerjasama Bunda Maria. Kristus tidak langsung datang dari langit, tetapi mengambil rupa manusia, menjadi seorang bayi dalam rahim yang murni, dari Perawan Maria.

Memang sebagai Allah, Kristus telah ada sejak kekekalan bersama Allah Bapa; tetapi “setelah genap waktunya” (Gal 4:4), Ia diutus Allah Bapa untuk masuk ke dalam sejarah umat manusia, lahir dari seorang perempuan, dan perempuan ini adalah Maria. Maka sesungguhnya, sebutan “Bunda Allah” ini adalah konsekuensi dari iman kita. Karena kita percaya bahwa Yesus adalah Allah, maka ibu yang melahirkanNya kita sebut sebagai Bunda Allah.

Pengakuan Maria sebagai Bunda Allah malah sudah ada sejak Yesus belum lahir melalui mulut Elisabeth, saudaranya. “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku mengunjungi aku?” (Lukas 1:43).

Masuk 2023 dengan Berani

Bacaan Injil hari ini bercerita tentang gembala-gembala yang ke kandang dan menyaksikan bahwa apa yang diwartakan para malaikat kepada mereka benar adanya. Apa yang dikatakan malaikat? Bahwa mereka tidak perlu takut! Sebab para malaikat itu justru hadir  untuk mewartakan kesukaan yang besar bagi seluruh bangsa. Ada kesukaan besar karena telah lahir bagi kita, juru selamat yaitu Kristus Tuhan.

Pesan yang sama ditujukan untuk kita. Pesan pertama: “Jangan takut!”  Berhadapan dengan tanda-tanda aneh, termasuk krisis ekonomi, situasi yang tidak menentu, penolakan dan bahkan penyingkiran, kita diajak untuk “jangan takut”. Kita tidak perlu takut atas apapun. Bukan karena situasinya serba aman, damai, tapi bahwa dalam situasi apapun, termasuk yang berpotensi menakutkan, kita berani karena tahu dan yakin benar bahwa juruselamat yang kita rayakan dalam natal, sungguh berada bersama kita.

Yang penting itu bukan seberapa ringan atau beratnya  masalah yang akan kita hadapi, tapi dengan siapa dan bersama siapa kita melangkah. Yang penting adalah dengan siapakah kita melangkah, siapa andalan kita dalam menyusuri jalan-jalan kita di tahun 2023?  Karena Yesus Kristus yang hadir dalam natal telah ada bersama kita, dan menjadi andalan kita, maka tak ada sesuatu apapun yang bisa dan layak kita takuti.

Pesan kedua, setelah mendengar warta malaikat, mereka cepat-cepat berangkat menemui Maria, Yusuf dan bayi itu, Yesus Kristus. Cepat-cepat menemui Maria, Yusuf dan Yesus. Itu sikap dasar yang pantas kita hidupi dalam perjalanan hidup kita, terutama dalam tahun 2023 ini. Kita bertemu ketiga pribadi utama ini dalam doa, meditasi, refleksi dan olah rohani lainnya.

Pesan ketiga, terungkap melalui sikap Maria setelah mendengarkan segala perbuatan besar yang dilakukan Allah, yaitu menyimpan segala perkara tersebut di dalam hatinya dan merenungkannya. Ya, seperti Maria, Bunda Allah yang pestanya kita rayakan hari ini, kita perlu membiasakan diri untuk selalu menyimpan segala perkara dalam hati. Bukan sekedar menyimpan, tapi juga merenungkan. Proses “merenungkan” merupakan ikhitiar dan upaya untuk mencari makna.

Selamat memasuki tahun 2023. Masuklah tahun 2023 dengan berani karena yakin bahwa yang menemani perjalanan kita adalah juru selamat. Amin.  (Redaksi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *