Gereja merayakan misteri Paskah melalui banyak simbol. Paling nyata terlihat dalam Misa Malam Paskah. Ada lilin Paskah. Telur Paskah juga populer.
LAMPU gereja dipadamkan. Tak ada bunyi-bunyian, apalagi musik. Suasana sangat hening. Umat diam dalam gelap. Di depan gereja, pastor melakukan upacara pemberkatan api. “Allah Bapa, Engkau telah menganugerahkan kami cahaya, kemuliaan-Mu di dalam diri Kristus, PutraMu. Berkatilah api baru ini…”
Saat “api baru” dinyalakan, kegelapan terusir dan memberikan terang ke sekeliling tempat upacara cahaya itu. Hal itu mengibaratkan Yesus yang merupakan cahaya terang dalam kehidupan kita yang gelap.
Setelah memberkati api baru, imam memberkati lilin Paskah yang akan dinyalakan selama masa Paskah pada saat perayaan Ekaristi di gereja. Pada lilin Paskah itu, imam menusukkan dupa dengan tandah salib (+), lambang alpha (A) dan Omega dan angka tahun ini (2018). “Tindakan imam ini untuk menegaskan kepada umat bahwa Yesus adalah sang awal dan sang akhir, dan bahwa segala kemuliaan dan kekuasaan adalah milik Yesus sepanjang segala abad,” kata mantan Sekretaris Komisi Liturgi KWI Pastor Dr. Bernard Boli Ujan, SVD.
Imam lalu menancapkan 5 biji dupa di atas gambar salib di sekeliling lambang alpha-omega dan angka tahun. “Kelima biji dupa itu melambangkan 5 luka Yesus yang didapat saat Ia disalib,” jelas Doktor dalam bidang Liturgi dari di Pontifico Institutio Liturgico Sant Anselmo, Roma ini.
Lilin paskah yang telah dinyalakan itu lalu diarak masuk oleh imam ke dalam gereja. Peristiwa ini, terang pastor Boli, merupakan pengenangan kembali perjalanan bangsa Israel di pedang gurun setelah keluar dari tanah Mesir di mana pada malam hari mereka hanya dibimbing tiang api.
Sambil berjalan, para putra dan putri altar membagikan nyala api yang berasal dari api baru itu kepada umat.
Saat perarakan, lilin diangkat sebanyak tiga kali (di awal belakang, di tengah dan di depan altar) sambil menyanyikan, “Kristus cahaya dunia” dan dijawab umat dengan “Syukur kepada Allah” sambil berlutut.
Sesampainya di altar, imam menyanyikan Madah Pujian Paskah. Umat mengulangi bagian refrein: “Bersoraklah, nyanyikan lagu gembira bagi Kristus, yang menebus kita; bersyukurlah kepada Allah, kita bangkit bersama Kristus”.
Setelah bacaan-bacaan suci, disusul dengan kemuliaan. Pada waktu itulah musik dibunyikan. Begitu pun dengan lonceng. “Itu mengungkapkan kegembiraan akan Karya Agung Allah yang telah membawa umat Perjanjian Lama dari perbudakan menuju tanah terjanji. Kegembiraan yang sama dialami oleh umat Perjanjian Baru karena telah dibebaskan dari perbudakan dosa, supaya kita boleh hidup sebagai anak-anak Allah yang merdeka,” jelas Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo Pr.
Agar kegembiraan Paskah itu benar-benar bisa dirasakan, ia meminta agar simbol dasar seperti lampu dipadamkan, suasana hening, tak ada bunyi-bunyian, harus ada. “Seluruh lampu di dalam gereja itu dipadamkan. Supaya suasananya memang gelap,” katanya.
Kegelapan merupakan simbol dari perbudakan di tanah Mesir (untuk umat Perjanjian Lama) dan perbudakan dosa (untuk umat Perjanjian Baru). Dan kegelapan itu, dikalahkan oleh nyala lilin paskah (dan kemudian lilin-lilin umat) yang dinyalakan dari api yang baru.
Telur paskah
Selain simbol liturgis, ada juga simbol-simbol populer yang sebenarnya juga ingin mengungkapkan misteri Paskah. Salah satu yang paling dikenal adalah telur paskah.
Menurut sejarah, telur paskah berasal dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa. Telur dianalogikan sebagai simbol dimana suatu makhluk hidup muncul dari cangkangnya yang mati seketika. Di jaman dahulu kala ketika seseorang menyaksikan proses ayam yang menetas dari telur adalah sebuah mukjizat. Karena itulah menjadi simbol universal yang umum untuk perayaan tahun baru, pernikahan, juga kelahiran.
Dalam tradisi kekristenan, telur mendapatkan makna religius, yaitu sebagai simbol makam batu darimana Kristus keluar menyongsong hidup baru melalui Kebangkitan-Nya. Selain itu ada alasan yang sangat praktis menjadikan telur sebagai tanda istimewa sukacita Paskah, yaitu karena, dulu, telur merupakan salah satu makanan pantang selama Masa Prapaskah.
Tradisi telur Paskah berkembang di antara bangsa-bangsa Eropa utara dan di Asia segera sesudah mereka masuk Kristen. Tetapi, di antara bangsa-bangsa Eropa selatan, dan dengan demikian juga di Amerika Selatan, tradisi telur Paskah tidak pernah menjadi populer.
Ritual Romawi mempunyai tata cara khusus untuk pemberkatan telur-telur Paskah: “Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, untuk menganugerahkan berkat-Mu atas telur-telur ini, menjadikannya makanan yang sehat bagi umat beriman, yang dengan penuh syukur menyantapnya demi menghormati Kebangkitan Tuhan kami Yesus Kristus.”
Simbol telur inilah yang hingga kini menjadi medium yang paling sederhana menganalogikan kebangkitan Kristus juga hidup manusia yang terlahir baru usai penebusan dosa manusia oleh Tuhan Yesus. Cangkang dapat dianalogikan sebagai medium pertobatan yang membentuk manusia sehingga mampu keluar dari keterikatan dosa. (Paul MG/dbs).