Ketua KWI: Utamakan Dialog Kehidupan dan Dialog Karya

KITAKATOLIK.COM—Salah satu pesan utama Sidang Tahunan KWI 2017 adalah upaya konkrit untuk terus membangun dialog dengan agama-agama lain. Lalu bagaimana cara dan jalan mana yang bisa dipilih oleh umat Katolik untuk menjalankan pesan penting tersebut?

Ketua Presidium KWI yang juga Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo, Pr memberikan tiga jalan yang bisa ditempuh oleh umat Katolik dalam menjalin dialog. Ketiga jalan tersebut adalah dialog kehidupan, dialog karya dan yang ketiga dialog teologis.

Dialog kehidupan merupakan dialog dalam level yang paling sederhana. Dalam dialog level ini, iman dan agama dianggap sebagai masalah pribadi. Dialog terjadi dan terjalin dalam aktivitas sehari-hari sebagai warga kampung.

“Ketika dialog hidup, agama itu di belakang. Jadi kita cukup hidup baik sebagai warga kampung, warga masyarakat, ya selesai. Sehari-hari kita hidup bertetangga, menjalankan konsensus sosial di desa itu, tidak masuk rumah tanda ijin misalnya,” jelas Mgr. Suharyo.

Dialog level kedua adalah dialog karya. “Ini dialog yang sangat konkrit. Kita berhadapan dengan segala macam tantangan kemanusiaan seperti kemiskinan, pendidikan dan  keterbelakangan.

“Tantangan-tantangan kemanusiaan itu dijadikan medan bekerjasama dengan inspirasi iman yang berbeda-beda, karena semua agama pasti tidak mencita-citakan kemiskinan. Nah, kita dialog kan. Mari kita kerjakan bersama-sama.”

Kedua jenis dan level dialog ini, menurut Uskup, adalah bentuk dialog yang paling penting. Sementara yang ketiga, yaitu dialog teologi, bisa sangat susah.

“Apalagi bila  yang terlibat dalam dialog teologis itu tidak matang, baik dalam pengetahuan maupun pengetahuan imannya,” katanya sambil menambahkan bahwa hingga kini belum ada dialog teologis antara Katolik dan Islam.

Sikap hormat merupakan prasyarat untuk melakukan dialog dalam ketiga level tersebut. Penghormatan terhadap agama lain itu, sebenarnya sudah ditujukkan oleh dokumen resmi gereja yaitu Nostra Aetate yang sangat menghargai semua yang baik dalam agama-agama lain. (Petrus MG)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *