JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Wajah Meike Clasina Lolong terlihat cerah. Senyuman selalu dia lemparkan lembut kepada setiap orang yang menjenguknya. Hanya tubuhnya terlihat kurus, terbaring di atas tepat tidur. Layar televisi berukuran besar yang berada di depannya tak henti menyuarakan lagu-lagu pujian dan penyembahan. Diseling kotbah dan kalimat-kalimat bijak yang meneguhkan iman.
Sore itu, Senin (4/3/2024), Mieke Clasina Lolong dikunjungi anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Propinsi Sulawesi Utara Dr. Maya Olivia Rumantir. Tentu kehadiran senator — yang dulu lebih dikenal sebagai artis, motivator dan pendidik generasi muda bangsa – ini di rumah Mieke tak ada kaitan dengan urusan politik.
Tapi untuk memberikan semangat dan mendoakan sahabat dan teman seperjuangannya itu. Maya dan Mieke pernah terlibat dalam pelayanan dan kegiatan yang sama. Pada tahun 1996, keduanya ke kalkuta, India untuk bertemu dengan Mother Teresa, tokoh kemanusiaan yang sangat dekat dengan para miskin di India.
“Waktu itu kita harus mengangkat sosok ibu untuk acara saya di TVRI dan sosok yang paling pas adalah Mother Teresa,” kata Maya.
Perjumpaan dengan ibu para miskin India tersebut sebetulnya sulit karena sedang sakit parkinson. CNN saja tak bisa menjumpainya. Tapi berkat campur tangan Tuhan, sekretaris menyebut bahwa Mother Teresa bersedia bertemu mereka pada saat misa pagi.
“Kami akhirnya bisa bertemu dengan Beliau pada jam yang ditentukan. Beliau duduk di kursi roda. Setelah mengutarakan maksud kedatangan saya, akhirnya Beliau bersedia bertemu keesokan harinya dan kami merekam suaranya, tepatnya pesan perdamaian untuk Indonesia,” cerita Maya.
Kambuh setelah 14 tahun
Berpuluh tahun Mieke telah terjun dalam pelayanan, terutama di Persekutuan Doa Karismatik Katolik. Dia kerap menjadi pembicara di Persekutuan Doa seperti di PERDUKI (Pehimpunan Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia) dan Elisabeth Ministry. Ia juga kerap keliling Indonesia, bahkan luar negeri, untuk tujuan yang sama. Ia juga menginisiasi “Imago Dei”, Persekutuan Doa yang berikhtiar mengenalkan anak dan remaja Katolik pada Kitab Suci.
Aktivitas pelayanannya sempat terganggu oleh kanker getah bening dan payudara yang menderanya pada tahun 2007. Selama dua tahun, dari 2008 hingga 2009, ia harus menjalani kemoterapi, radiasi, pengobatan dengan zometa, dan perawatan kanker lengkap. Dan, di tahun 2009, para medis mengumumkan bahwa ia telah sembuh total, bersih dari kanker dan menjadi penyintas.
Tapi pada Agustus 2023, kabar buruk datang lagi. Berawal dari diare tanpa henti selama 2 tahun. Ia ke dokter penyakit dalam,. Ada yang menduga karena asam lambung. Minum obat, tak sembuh juga. Bahkan mulai lumpuh dan berencana ke Vietnam.
Ia tak jadi ke Vietnam dan memutuskan berobat ke RSCM, Jakarta. Agustus 2023 terdiagnosa sel kanker kambuh dan menyerang sel di tulang belakang. Ruas nomor 3, 4, 5, dan 7 hancur, sementara ruas 2,6 dan 8 perlu pasang pen. Sel kanker juga ditemukan di saluran ginjal, getah bening, paru-paru, dan lapisan perut.
Selama dua bulan berikutnya dilakukan prosedur operasi untuk membersihkan kanker di tulang belakang, pemasangan digi stan 30 cm di saluran ginjal, dan pengeluaran cairan 2 liter dari paru-paru, serta radiasi, fisioterapi, dan kemoterapi.
Fokus pada Tuhan, bukan penyakit
Dari ranjangnya, Meike terus menebarkan optimisme. Kepada sesama penderita sakit, ia berpesan agar terus memasrahkan diri kepada Tuhan, ikhlas dan bersyukur.
“Bila tidak ikhlas dan bersyukur, kita jadi stress dan gampang putus asa. Jadi jangan fokus pada masalah, atau pada penyakit. Kalau kita salah, gaya hidup kita salah, kita harus akui bersalah. Tapi jangan dikejar rasa bersalah. Fokuslah kepada kemahabesaran Tuhan, di mana Tuhan itu maha tahu, dia perencana hidup kita. Tidak ada yang kebetulan di dalam hidup ini,” katanya.
Penderitaan yang kita alami, kata dia, tak sebanding dengan penderitaan Yesus Kristus, Tuhan.
“Sebelum dioperasi, saya dibius. Setelah operasi, saya minum pain killer, obat penahan sakit. Tapi Yesus disiksa, menderita, naik ke kayu salib, tidak dibius, tidak minum obat anti sakit. Itu dilakukan demi kasihNya kepada kita. Maka kalau kita menderita, ketika kita memandang Salib Kristus, penderitan kita itu menjadi tak seberapa,” katanya.
Tuhan selalu punya cara
Setelah berbagi pengalaman iman, Maya mendendangkan sebuah lagu dengan syair yang membangkitkan semangat.
Kau selalu punya cara untuk menolongku
Kau selalu punya jalan keajaibanMu
Kau dahsyat dalam segala perbuatanMu
Dan ku tenang didalam caraMu
Tak kan ku ragu Tuhan
JanjiMu yang menghidupkanku
Hanya padaMu Tuhan ku berseru
Dan mataku tertuju padaMu
Back to Reff 2x
Kau selalu punya cara untuk menolongku
Punya jalan keajaibanMu
Kau dahsyat dalam segala perbuatanMu
Dan ku tenang didalam caraMu
Dan ku tenang didalam caraMu. (Paul MG).