Paus Yohanes Paulus II: Kesenian dapat Memperlihatkan Wajah Insani Allah!”

Kesenian dapat memperlihatkan bentuk atau lukisan wajah insani Allah dan mengantar orang yang memandangnya ke dalam misteri yang tak terperikan bahwa Allah menjadi manusia demi keselamatan kita.

KITAKATOLIK.COM.–  “Kesenian dapat memperlihatkan bentuk atau lukisan wajah insani Allah dan mengantar orang yang memandangnya ke dalam misteri yang tak terperikan bahwa Allah menjadi manusia demi keselamatan kita!” Demikian   kata Paus Yohanes Paulus II – yang kini telah menjadi Santo – dalam surat Apostoliknya berjudul Duodecimum Saeculum (Desember, 1987) dalam rangka memperingati 1200 tahun Konsili Nisea II (787).

Dengan tidak menyangkali kemungkinan bahwa praktek penyembahan berhala dari agama kafir dapat timbul lagi, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Gereja mengijinkan bahwa Tuhan Yesus, Santa Perawan Maria, para Martir, Santo dan Santa diperlihatkan dalam bentuk gambar atau patung guna mendukung doa dan kebaktian kaum beriman.

Memang, pada masa yang lampau pernah ada gerakan membuang dan menghancurkan patung (ikonoklasme), karena orang berpendapat bahwa Kristus sebagai Putera Allah tidak mungkin digambarkan. Menggambarkan kemanusiaan tanpa Ke-Allah-an akan memberikaan gambaran palsu mengenai Kristus.

Bagaimana tanggapan Paus? ”Kesenian dapat memperlihatkan bentuk atau lukisan wajah insani Allah dan mengantar orang yang memandangnya ke dalam misteri yang tak terperikan bahwa Allah menjadi manusia demi keselamatan kita,” tandas Paus yang berasal dari Polandia ini.

Dengan mengutip pernyataan Konsili Nisea II, Paus selanjutnya menegaskan bahwa ”selalu dibedakan antara sungguh menyembah dan memberi hormat”. Menurut keyakinan kita, kata Paus, ”Menyembah hanya boleh dilakukan terhadap Allah. Sedangkan memberi hormat  boleh dilakukan untuk gambar dan patung, karena menghormati patung sebenarnya menghormati diri yang digambarkan dalam patung itu.”

Inkarnasi (penjelmaan). Alasan Gereja menggambarkan Kristus adalah keyakinan Gereja sendiri, yakni bahwa Allah, yang mewahyukan diri dalam Yesus Kristus, sungguh menebus dan menguduskan manusia dengan kelima inderanya. ”Kesenian Kristen sejati membangkitkan pengertian melalui penangkapan inderawi bahwa Tuhan hadir di dalam Gerejanya,” kata Paus.

Gereja Katolik ingin mempertahankan tradisinya, yaitu praktek untuk menempatkaan gambar atau arca suci dalam gereja-gereja. Tujuannya, agar kaum beriman dapat melakukan penghormatan.

Hanya, demikian inti KHK 1188, hal itu hendaknya dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan serta menurut tata susunan  yang wajar, jadi jangan sampai memberikan peluang untuk devosi yang kurang sehat.  

BACA JUGA:

Ingat, Tak Mengenal Kitab Suci Berarti Tidak Mengenal Kristus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *