Banyak Mukjizat Menyertai Momentum Doa “TahtaNya 24/40”

KITAKATOLIK.COM—Pagi hari Senin (20/7/ 2020),  Pendeta  Dani Soepangat mendadak sakit perut, melilit. Suhu badan pendeta yang melayani di Jakarta ini pun sangat tinggi, tanpa menggigil. Siang hari, ia mencoba ke  ATM BCA, tapi tak diijinkan  karena suhu badannya mencapai 38,9.

Ia merasa ada hal aneh dalam dirinya. Suhu tubuhnya terus tinggi. Mulut terasa pahit dan dada mulai sesak. Tanda-tanda terkena COVID-19 kah? Ia tak mengetahuinya persis.

Tapi keadaannya itu membuat dia memgikuti dengan tekun Youtube MDK Nasional yang sedang menggelar “TahtaNya 24/40” melalui HP-nya. Saat itu dia diingatkan tentang Firman saat Paulus dan Silas di penjara (Kis 16:25-30) di mana mereka memuji-muji Tuhan dan belenggu terbuka.

Ia terus memuji dan menyembah melalui channel tersebut. Di hari yang ketiga, setelah mengalami demam yang tinggi, ia mengalami mujizat kesembuhan. Sejak 22 Juli 2020 hingga sekarang, tanda-tanda penyakit itu menghilang.

Apa yang dialami Pendeta Dani Soepangat adalah satu dari sekian banyak karya Tuhan yang ajaib yang menyertai momentum doa “TahtaNya 24/40” yang digelar dari tanggal 8 Juli dan berakhir pada 17 Agustus 2020, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain kesembuhan dari penyakit, pekerjaan Tuhan melalui “TahtaNya 24/40” ini dialami melalui kehadiran atmosfir rohani yang sangat kental, kesatuan Tubuh Kristus di mana banyak denominasi gereja bisa bekerjasama dalam gelaran Pujian dan Penyembahan ini.

“Bersyukur, melalui TahtaNya 24/40 ini, semua orang muda dari berbagai denominasi terlibat . Kita disatukan melalui acara ini. Hampir setiap hari kita bertemu, kita jadi semakin akrab dan menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Ini berdampak pada menguatnya kesatuan gereja,” kata Franky, salah seorang aktivis JDS (Jaringan Doa Sekota)  dari Palu, Sulawesi Tengah.

Di Bitung, Gerakan Penyembahan 24/40 telah menjembatani hubungan- hubungan Gereja-gereja yang ada di sana sehingga mau terlibat untuk ambil bagian.

“Untuk terlibat dalam  acara ini hanya diawali dengan kesediaan melempar mahkota dan merendahkan diri,” kata Pdt. James Baware, fasilitator JDS dari Bitung kepada para pemimpin gereja dan pendoa.

Tak hanya mempersatukan umat, gerakan doa ini ternyata juga memperart hubungan gereja dengan pimpinan kota. Pendeta James menyebutkan bahwa Walikota sendiri merasakan betapa berartinya keberadaan Jaringan Doa Sekota sehingga Walikota Bitung telah menyerahkan kepada JDS Bitung untuk mengatur pergerakan doa di Kota Bitung, dan bahkan sudah meminta para pengurus JDS mendoakan Jajaran Pemerintahan Daerah Kota Bitung dan memimpin doa keliling di Kota Bitung. (Pamago)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *